BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki
Objek Wisata terbanyak di Dunia, ini disebabkan karena luasnya negeri ini dan
terdiri dari ribuan Pulau, ribuan suku, Budaya, Iklim, Sejarah, Agama dan
banyak lagi faktor yang mendukung sebagai Tujuan Wisata Domestik maupun manca
negara.
Secara
topografi, kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan
kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng
gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan
tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.
Letak
geografis Kota Probolinggo 7’10 Lintang Selatan dan 113’30 Bujur Timur dan
besarnya area 56.57 Km2 .Batas Teritorial: Batas Selatan : Leces dan
Sumberasih, Batas Utara: Selat Madura, Batas Timur : Dringin, Batas Barat :
Tongas
Kota Probolinggo yang terletak di Pulau Jawa (Jawa
Timur). Region Kota Probolinggo merupakan wilayah yang terletak di utara Jawa
dekat dengan pantai utara memiliki iklim, budaya, kesenian, potensi fisik, dan
objek wisata yang sangat indah.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana potensi fisik yang ada di wilayah Probolinggo?
2.
Bagaimana potensi alam yang ada di wilayah Probolinggo?
3.
Bagaimana system mata pencaharian di wilayah Probolinggo?
4.
Apa yang cocok di budidayakan di wilayah Probolinggo?
5.
Bagaimana kesenian dan kebudayaan yang ada di wilayah Probolinggo?
6.
Bagaimana adat istiadat yang ada di Probolinggo?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui potensi fisik yang ada di wilayah Probolinggo.
2.
Untuk mengetahui potensi alam yang ada di wilayah Probolinggo.
3.
Untuk mengetahui system mata pencaharian yang digunakan di wilayah
Probolinggo.
4.
Untuk mengetahui budidaya apa saja yang ada di wilayah Probolinggo.
5.
Untuk mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di wilayah Probolinggo.
6.
Untuk mengetahui adat istiadat yang ada di Probolinggo.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Potensi Fisik
Secara
topografi, kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan
kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng
gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan
tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.
Bentuk permukaan daratan di
klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :
- Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 M diatas permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke arah Timur kemudian membujur ke Selatan.
- Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 M diatas permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
- Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut, daerah ini terletak disebelah barat daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan disebelah Tenggara yaitu di sekitar Pegunungan Argopuro.
Letak
geografis Kota Probolinggo 7’10 Lintang Selatan dan 113’30 Bujur Timur dan
besarnya area 56.57 Km2 .Batas Teritorial:
§ Batas
Selatan : Leces dan Sumberasih
§ Batas
Utara : Selat Madura
§ Batas
Timur : Dringin
§ Batas
Barat : Tongas
Luas wilayah Kota Probolinggo adalah 56.667 Km2 dan terletak di Pantai
selat Madura. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah 7 Km. Sebagian
masyarakatnya yang tinggal di kawasan pesisir dan di sekitar pelabuhan
mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, petambak, pengolah hasil perikanan
dan pedagang ikan.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan dan pengembangan teknologi
penanganan, pengolahan, pengemasan dan distribusi pemasaran bagi pelaku usaha
pengolahan perikanan dan masyarakat umum. Pada akhirnya
yang diharapkan adalah tumbuhnya iklim investasi di bidang Perikanan
baik Perikanan air tawar, air payau dan perikanan tangkap. Potensi-potensi
investasi di bidang perikanan dan
kelautan yang bisa dilakukan dapat dibedakan dalam beberapa kategori usaha
antara lain.
1)
Usaha bidang industri perikanan yang meliputi pengalengan ikan, fillet
ikan dan industri pengolahan hasil perikanan lainnya.
2)
Usaha bidang industri penunjang perikanan yang meliputi industri alat
penangkapan berupa jaring dan perbengkelan kapal, industri pembuatan es dan
packaging ikan olahan.
3)
Usaha bidang budidaya ikan yang meliputi tambak dan kolam ikan air tawar.
Kota Probolinggo memiliki tambak seluas 164,5 Ha, yang terdiri dari 9,68 Ha
Tambak Dinas Kelautan dan Perikanan yang terbagi dalam 11 petak dan 154,82 Ha
Tambak Masyarakat. Hasil produksi tambak Dinas Kelautan dan Perikanan pada
tahun 2006 mencapai 12 ton ikan Bandeng dan 1,5 ton Udang Windu.
4)
Usaha bidang jasa sumberdaya kelautan yang meliputi transportasi laut dan
wisata bahari.
5)
Usaha bidang pariwisata bahari, yang meliputi wisata perikanan dan wisata
pantai
2.2 Potensi Alam
a. Laut
Secara geografis, Wilayah Kota Probolinggo di sebelah
utara berbatasan langsung dengan laut yaitu Selat Madura, oleh karenanya
sebagian penduduknya beraktifitas dan berdomisili di dekat pantai atau di
kawasan pesisir. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah sekitar 7 Km
dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya. Secara umum masyarakat di
kawasan pesisir Kota Probolinggo, mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan
penangkap ikan, pembudidaya ikan di tambak, serta pengolah ikan.
Perkembangan wilayah
pesisir Kota Probolinggo amat ditunjang oleh sarana transportasi baik darat
maupun laut. Pelabuhan Tanjung Tembaga merupakan pelabuhan niaga peninggalan
jaman penjajahan Belanda. Hal itu terlihat dari berbagai bentuk bangunan di
dalam pelabuhan dan bentuk dermaga yang amat memadai sebagai tempat berlabuhnya
perahu dan kapal. Baik kapal niaga maupun kapal perikanan. Pembangunan Jalan
Lingkar Utara juga merupakan pemicu dan pemacu derap perkembangan perekonomian
di kawasan tersebut. Terutama untuk sepanjang kawasan yang dilintasi oleh Jaln
Lingkar Utara tersebut yang terbentang sepanjang Kelurahan Pilang, Sukabumi,
Mayangan dan Mangunharjo
b. Hutan Mangrove
Kontribusi hutan mangrove
tergambar dari fungsinya itu sendiri, seperti penghalang terhadap erosi pantai
dan gempuran ombak, pengolahan limbah organik, tempat mencari makan, memijah
dan bertelurnya berbagai biota laut seperti ikan dan udang. Selain
itu sebagai habitat berbagai jenis margasatwa, penghasil kayu dan non-kayu
serta potensi ecotourism
Daerah pantai yang harus dipertahankan keberadaannya. Ancaman
langsung yang paling serius terhadap mangrove adalah pembangunan tambak oleh
masyarakat. Hal ini disebabkan adanya peraturan perundangan dan penegakan hukum
yang kurang tegas. Untuk mengidentifikasi potensi lahan hutan mangrove, salah
satunya menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat digunakan untuk
menganalisis potensi lahanhutanmangrove.
Persebaran
potensi lahan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo sesuai untuk dikembangkan
sebagai lahan perkembangan hutan mangrove di Desa Asembagus Kecamatan Kraksaan
dan Desa Curahsawo Kecamatan Gending dengan daya dukung lingkungan baik dengan
skor total 42. Dengan total luas lahan yang berpotensi untuk hutan mangrove
daya dukung lingkungan baik dengan skor total 42 adalah 61,52 ha dan total luas
lahan yang berpotensi untuk hutan mangrove daya dukung lingkungan sedang dengan
skor total 21 adalah 226,49 ha sedangkan daya dukung buruk dengan skor total 16
adalah 2,86 ha.
c.
Wisata
§ Gunung Bromo
Gunung
Bromo, gunung ini tidak asing bagi telinga masyarakat Jawa Timur. Pemandangan
di sana menakjubkan hingga mata kita tak berkedip ketika pertama kali
melihatnya. Ada beberapa akses menuju daerah wisata ini, yaitu dari Probolinggo
dan Dari Pasuruan, jika menggunakan akses melewati Probolinggo maka, kita akan
menjumpai pemandangan yang indah.
Objek
wisata yang biasanya dikunjungi para Turis lokal atau mancanegara adalah Puncak
Bromo dan Penanjakan. Adapun kendaraan yang ditawarkan untuk menaiki puncak dan
perkeliling disekitar lautan pasir.
1.
Menunggang
kuda 2. Menggunakan Jeep
§ Pantai Bentar
Adalah
salah satu pantai yang diperuntukkan sebagai tempat rekreasi keluarga. Pantai
Bentar berada di kecamatan Gending Probolinggo, lama perjalanan dari pusat kota
Probolinggo berkisar 20 menit. Tempat Wisata yang satu ini juga sebagai tempat
faforit bagi warga Probolinggo, selain tempatnya yang indah juga fasilitas di
lokasi ini sudah cukup lengkap. Tempat yang bersih membuat pengunjung betah di
Lokasi ini, fasilitas di sini adalah Kolam Renang, Restoran, tempat parkir yang
luas, tempat bermain anak dan pastinya Nice View of Sunset atau Pemandangan
indah ketika matahari Terbenam. Di sekitar pantai bentar juga terdapat banyak
tumbuhan Mangrove hingga pantai disekitarnya terlihat hijau dan indah.
TWSL atau Taman Wisata
Study Lingkungan Telah berdiri sekitar tiga tahun yang lalu, dan didirikan oleh pemerintah kota
Probolinggo. TWSL sendiri adalah lokasi dimana pengunjung dapat mengamati lebih
dekat, bagaimana alam itu, karena di dalam TWSL sendiri terdapat beberapa fitur
kebun binatang mini, dan contoh-contoh tanaman, juga disediakan taman bermain bagi
anak-anak. Juga terdapat area outbond. TWSL ini sangatlah penting bagi warga
sendiri, karena para warga dapat memahami bagai mana perilaku hidup hewan,
hewan mana yang terncam punah, tumbuhan apa yang perlu kita lindung, bagaimana
memelihara tanaman dengan baik, dan macam-macam.
§ Danau Ronggujalu
Danau Ronggojalu merupakan salah satu danau yang berada
di dekat kota Problinggo hanya kira-kira 5 km dari Pusat Kota Probolinggo.
Danaunya indah dan pasti akan tertarik berenang di sana, jika tidak ingin
berenang juga bisa hanya menikmati pemandangan di bawah pendopo yang tentunya
sejuk dan cocok untuk keluarga.
Di sana
juga menyediakan kolam untuk anak-anak, peneyewaan ban, dan pedagang yang menjual makanan. Danau ini juga berfungsi
banyak bagi warga probolinggo dan sekitar Danau Ronggo Jalu, selain untuk
wisata, danau ini juga dijadikan irigasi untuk sawah warga sekitar, dan
hebatnya lagi Danau ini untuk sumber pasokan air bersih untuk Probolinggo.
§ Air Terjun
Madakaripura
Air terjun Madakaripura
adalah suatu air terjun
yang terletak di Kecamatan Lumbang,
Probolinggo. Air terjun ini adalah
salah satu air terjun
di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun Madakaripura
berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh
bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur
deras membentuk air terjun lagi. Air terjun ini diberi nama dari Madakaripura,
tanah perdikan
milik mahapatih Gajah Mada
dari kerajaan Majapahit.
§
Regulo Rafting
Regulo Rafting merupakan olahraga arum jeram yang berada di
kawasan Pekalen,Kec Gading.Paket harga yang ditawarkan adalah 185
@perorang,untuk 1 perahu karet tersebut berisi 5 orang dan 1 guide. Petualangan
berrafting akan dimulai dari Sawahan
atas yaitu daerah yang berada di Kaki Gunung, jarak yang akan ditempuh
untuk melakukan olahraga ini adalah 13 Km yang akan ditempuh sekitar 3-4 jam,
dengan derasnya air sungai serta bebatuan sungai yang bersusun tak beraturan.
Dan akan berkesudahan di sungai pekalen bawah
2.3 Mata
Pencaharian
Mayoritas penduduk probolinggo bermata pencaharian sebagai
petani,dan nelayan. Seperti yang sudah dibahas atas probolinggo memiliki
potensi laut yang luas. Sehingga penduduk yang bertempat tinggal di dekat laut
setiap harinya akan pergi mencari ikan.
Tidak bagi
penduduk yang jauh dari laut mereka kebanyakan bercocok tanam berupa
padi,jagung,umbi-umbian,bawang merah dan lain-lain.
Banyak cara yang ditempuh untuk meningkatkan produktivitas
pertanian,salah satunya dengn penanaman padi dengan sistem JAJAR LEGOWO
merupakan penanaman padi yang diatur sedemikian rupa dengan lorong atau ruang
terbuka yang cukup lebar.
Penanaman
padi dengan cari Jajar Legowo dapat di jumpai di daerah karang geger,Kecamatan
Pajarakan.
Berikut gamabar Sistem Jajar
Legowo:
Untuk bawang merah merupakan
tanaman musiman yang biasanya ditanam di dataran rendah, Namun dapat pula di
tanam di dataran tinggi,daerah probolinggo merupakan produksi terbanyak dari
daerah bagian timur lainya. Hal ini karena Probolinggo mempunyai ciri khasnya
Angin Gending yang berhembus di bulan Maret hingga pertengahan desember membuat
pertumbuhan bawang merah menjadi baik
Foto bawang
merah produksi daerah probolinggo
2.4 Budidaya
Anggur Dan Mangga
Agrowisata
merupakan kegiatan pengembangan sumberdaya alam pada suatu daerah di
bidang berpotensi untuk dijadikan
kawasan wisata. Pengembangan potensi anggur di Kota Probolinggo merupakan upaya
pemerintah untuk mengembalikan citra Probolinggo sebagai kota “Bayuangga”
(bayu= angin; angga = anggur dan mangga). Buah anggur produksi Kota Probolinggo
ini mempunyai kualitas yang khas dan spesifik baik rasa maupun penampilan fisik
sehingga mampu merebut hati para konsumen.
v
Anggur
Anggur Probolinggo
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Warna putih kekuning-kuningan
ada juga yang berwarna ungu.
2. Anggur khas probolinggo
berbentuk bulat.
3. Rata-rata
ukuran anggur probolinggo panjang 2 cm dan diameter 1,5 cm.
4. Ada
lapisan tepung diluar kulit anggur.
5. Daging
warna putih kehijauan.
6. Setiap
buahnya anggur terdapat 2-3 biji warna kecoklatan. Dan yang pasti rasanya manis
Cara
untuk penanamannya:
1.
Anggur probolinggo ini terkenal mudah
tumbuh.
2. butuh
sinar matahari penuh, di point ini kota
probolinggo menjadi kota ideal, dimana kota probolinggo ini merupakan
kota pinggir pantai yang terkenal amat, sangat puanas. Curah hujan harus antara
250 – 380 mm per tahun
3. untuk
tanah bisa menggunakan ditanah apapun, namun untuk tanah yang kurang baik
hendaknya diolah dahulu untuk hasil yang lebih baik.
4. butuh
air yang cukup banyak.
5. media
tanam ,bisa menggunakan pot besar (apabila digunakan sebagai tanaman hiasan),
atau dibuatkan suatu media tanam yang membentang diatas agar posisi anggur bisa
menjalar dengan baik, biasanya orang probolinggo menyebutnya dengan kata
“anjang-anjang” yang kebanyakan terbuat dari bambu.
Diatas
merupakan salah satu hasil anggur probolinggo yang berwarna kuning
kehijauan. Namun, disisi lain
kebanyakan petani Probolinggo
menganggap budidaya anggur ini
hanya dijadikan sebagai sampingan saja dan lebih memilih menanam padi atau jagung sehingga, hasil budidaya ini berbanding jauh dengan
kebutuhan masyarakat sendiri.
v
Mangga
1. Manalagi
Musim petik mangga Probolinggo biasanya
terjadi di bulan Oktober. Harga jual mangga ini cukup mahal tetapi Anda yang
berkunjung saat panen mangga di daerah ini akan mendapatkan harga mangga
sedikit murah karena produksi melimpah ruah dan terdapat di seluruh pasar
tradisional.
Tak jarang
wisatawan mancanegara atau domestik berbelanja mangga sebagai oleh-oleh. Buah
ini dapat bertahan lama ketika dibawa dalam perjalanan panjang misalnya ke
Jakarta. Rasa mangga akan tetap manis, maka kiat membeli mangga disarankan
masih mengkal disaat panen mangga tiba. Selain perkebunan mangga, Probolinggo
juga mempunyai sentra buah anggur yang berada di daerah Kelurahan Ketapang
Kecamatan Kademangan
Buah mangga arum manis yang
sedang bergelantungan
Foto pedagang buah mangga yang berdagang disekitar
pinggir jalan Kota Probolinggo
Ciri-ciri Mangga
Manalagi yaitu ukuran
buahnya yang besar dan memiliki warna buah yang kuning dan manis dikala buah
mangga ini sudah matang. bentuknya panjang bulat sedikit berlekuk dan berparuh
dengan kulit tetap hijau meskipun sudah matang.
2.
Mangga Harumanis
Mangga harumanis
merupakan varietas mangga dari Probolinggo jatim. Rasanya yang harum dan manis
dikala matang inilah yang menajdi ciri khas harum manis sesuai dengan namanya
harum dan manis.
2.5 Kesenian dan Kebudayaan
Karakteristik sosial penduduk Kota Probolinggo dapat
dilihat dari segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo
dilihat dari sosial budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan
nelayan) dan berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari
suku, sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas,
terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).
Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat merupakan
lahirnya seni budaya khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan
seni rupa. Hal ini selain memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang
bisa dikembangkan untuk wisata maupun industri
1.
Jaran Bodhag
Jaran Bodhag dalam
terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa Jawa dialek
Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain. Walaupun belum
diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran Bodhag” ini mulai
diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota Probolinggo, namun dari beberapa
sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhag” diciptakan oleh orang-orang kota
Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada
waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan miskin
mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer di kalangan
masyarakat kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang
“ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut
“Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus
untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada
kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu
memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi
Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan.
Terbuat
dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu
disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli,
yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris
kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan
(dengan kaki sendiri ) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan
aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah
yang disebut dengan “Jaran Bodhag”.
Pada
saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo.
Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara
hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Kesenian ini tumbuh dan
berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif untuk
mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan.
Penyajian
kesenian ini diiringi dengan musik tradisional yang terdiri dari kenong, gong,
kendang, dan sronen. Jaran Bodhag dibawa oleh dua orang dengan sebutan janis
dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang
tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik, yang
didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun
bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti irama
yang muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini
merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo
2.
Kesenian Glipang
Kesenian Glipang ialah suatu jenis kesenian
pertunjukan, yang membawakan lakon-lakon tertentu (pertunjukan berlakon) yang
biasanya dipergelarkan semalam suntuk. Tema lakon bernafaskan ceritera dalam
agama Islam antara lain tentang kejayaan Islam dan ceritera kehidupan
masyarakat sehari-hari yang bernafaskan Islam ini disajikan dalam bentuk tari
yang diiringi music dan disertai dialog dalam bahasa Jawa, Madura dan disisipi
sedikit bahasa Arab.
Kesenian
glipang dicipatakan oleh Sutrisno pada tahun 1935. Sutrisno adalah seorang
pendatang dari Pulau Madura yang menetap di Desa Pendil. Mula-mula ia bekerja
sebagai mandor penebang tebu di pabrik gula Sebaung, Kecamatan Gending,
Kabupaten Probolinggo. Namun, karena sering terjadi pertentangan dengan
sinder-sinder Belanda yang bertindak sewenang-wenang, maka Sutrisno memilih
berhenti dari pekerjaannya sebagai mandor.
Setelah keluar dari pabrik gula milik Belanda tersebut,
dengan daya kekreatifannya, Sutrisno menangkap keluhan-keluhan rekannya sesama
pekerja pabrik terhadap sinder-sinder Belanda itu kemudian meramunya menjadi
sebuah bentuk drama tari yang disebut kiprak glipang. Jadi, dahulu glipang
adalah suatu kesenian yang bertujuan untuk mengingatkan para penguasa melalui
sindiran-sindiran halus yang disampaikan dalam bentuk drama tari agar jangan
bertindak sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya. Dalam perkembangannya,
saat ini kesenian yang telah menyebar ke Kabupaten Lumajang, Jember dan
Pasuruan, hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan pelepas rutinitas
keseharian.
Pada umumnya penonton menyukai penyelenggaraan dengan waktu yang
lama atau semalam suntuk. Dalam penyajian demikian maka ditampilkan
berulang-ulang bagian-bagian tertentu yang dianggap penting atau digemari oleh
masyarakat. Pengulangan bagian-bagian tertentu seni itu dirasa memantapkan penyajian
kesenian Glipang dan kenikmatan selera penonton.
Penyajian kesenian glipang semalam suntuk terbagi atas
tahap-tahap:
1.
Tahap ke satu:
Tari Ngremo Glipang (Tari Kiprah Glipang). Tari ini merupakan
bentuk tari yang digunakan untuk
mengawali pertunjukan seni glipang.
2.
Tahap ke-dua:
Tari Baris. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria, biasanya
disertai penampilan seorang pelawak
pria.
3.
Tahap ke-tiga:
Tari Pertemuan. Tarian dibawakan oleh penari pria dan wanita dalam
komposisi berpasangan, disertai dua pelawak pria dan wanita. Peragaan tarian
wanita dibawakan oleh penari pria dan dalam adegan ini kedua pelawak berdialog
lucu (melawak).
4.
Tahap ke-empat:
Sandiwara (Drama). Membawakan ceritera tertentu dengan tema
tertentu pula yang bernafaskan agama Islam.
Kesenian Glipang
kecuali disajikan dalam bentuk tari dan drama (sandiwara) juga diiringi musik
dan vokal.
o
Alat musik
yang digunakan terdiri dari:
1.
Dua ketipung besar, yakni
lake’an dan bhine’an, ditabuh tingkah meningkah (saling mengisi). Ketimpung
laki-laki (lake’an) berfungsi memimpin dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
2.
Satu jedhor, untuk
memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk semelehnya (konstannya) irama.
3.
Tiga sampai lima terbang/kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara di antara
degupan.
o Lagu-lagu yang dibawakan:
1.
Lagu Awayaro, sebagai
lagu pembukaan menjelang penyajian tari kiprak Glipang.
2.
Pantun berlagu bebas,
dibawakan secara bergantian pada penyajian tari pertemuan
Beberapa alat yang digunakan pada Tari Glipang
yang sudah terkenal dikalangan umum.
3.
Kuda
Kencak
Satu jenis kesenian
yang paling unik dan menarik dari Kabupaten Probolinggo adalah tarian Kuda
kencak. Kata “kencak” sendiri berarti mengangkat kaki berulang kali. Satu
gerakan indah dan jenaka yang dilakukan oleh Kuda mengiringi irama
bunyi-bunyian dari gamelan yang ditabuh oleh beberapa orang.
Sang kuda diberi hiasan
warna-warni, seorang anak yang menunggangi di punggungnya juga memakai pakain
yang tidak kurang gemerlapnya,diberi untaian bunga sekeliling
kepalanya,dipayungi dengan payung berwarna serta diarak dan diperlakukan
seperti pengantin.
Tradisi ini sebenarnya
di lakukan dalam upacara pengkhitanan seorang anak. Tetapiperkembangan
menunjukan bahwa kebiasaan ini juga dilaksnakan sebagaia penebus nazar atau
niat seseorang. Misalnya saja seseorang akan mempergelarkan kuda kencak apabila
anaknya benar-benar sembuh dari sakit, si anak akan menari bersama kuda kencak
dan di arak ramai-ramai.
Setibanya dari
arak-arakan barulah diadakan pertujukan sepenuhnya. Gamelan ditabuh dengan
irama tertentu. Pengiringnya biasanya disebut “janis”,akan ikut pula menari dan
membawakan kidung-kidung, sejenis pantun sindir menyindir,dan dibawakan
bersahut-sahutan.
4.
Tarian Yonk Yonk
Tarian
yonk-yonk merupakan tarian yang berasal dari Kota Probolinggo,bagian timur tepatnya
di Desa Jabung Pesisir. Tarian ini hampir punah dikarenakan tidak adanya
penerus tarian dan hanya di lakukan
apabila musim Petik Laut saja.
Tarian khas pesisir nelayan
Probolinggo (Yongkqyonk)
5.
Wayang Topeng
Wayang
Topeng adalah bentuk lain dari pertunjukkan Wayang di Jawa Timur. Wayang Topeng
berkembang di Malang, Probolinggo, Situbondo dan Sumenep. Acara ini seperti
boneka manusia, yang dimainkan oleh seniman topeng menggunakan pemain manusia.
Cerita itu sendiri didasarkan pada c
erita
klasik Mahabarata dan Ramayana
6.
Petik Laut
Tradisi
Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut
hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum
bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita
sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar
bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap
tahun. Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap
tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu
mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh
Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini
melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya
kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan
budaya gotong-royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun
dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai
kota Probolinggo.
7.
Perahu Hias
Lomba
Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang
secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan
bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para
wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah
menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota
Probolinggo pada tanggal 4 September.
2.6 Adat Istidat
v Upacara Kasada
Bromo mempunyai pesona
alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis kekaguman kita oleh
pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang
berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, gunung bromo ini merupakan gunung
yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal diwilayah jawa
Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
Padang Savana di alam pegunungan yang sangat sejuk,
kita dapat melihat rerumputan kering dan padang pasir yang sangat luas. Yang
sangat menarik dan indah pada saat matahari terbit yang kita lihat dari Puncak
Gunung di Pananjakan, karena kabut yang menyelimuti bawah gunung bromo membuat
panorama indah dan mistik. Untuk mencapai gunung pananjakan kita dapat menyewa
mobil hardtop yang banyak terdapat di penginapan. Atau jika anda ingin
menikmati pemandangan secara alami dan sehat anda dapat melewati jalan setapak
menuju jalan penanjakan. Tetapi sangat disarankan anda menyewa guide yang sudah
sangat terbiasa akan jalan dan medan di Bromo.
Sejak
Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena
mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih
menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara
Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki
gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara
dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo
menurut penanggalan Jawa.
Legenda Asal Mula Upacara
Kasada
Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang
lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang
permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng,
setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta
Brahma bernama Joko Seger.
Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran dan bersamaan mulai
menyebarnya agama Islam di Jawa, beberapa punggawa kerajaan dan beberapa
kerabatnya memutuskan untuk pindah ke wilayah timur, dan sebagian menuju di
kawasan Pegunungan Tengger termasuk pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian
memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger,
maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku
kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger.
Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral
tinggi, simbol perdamaian abadi. Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup
makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah
beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga
dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo
untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai
keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan
terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu
harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger
menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri
orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata
pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan
mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan
menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke
kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib
:”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita
dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar
kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi
di kawah Gunung Bromo. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh
masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan
pasir dan kawah Gunung Bromo.
Pura Luhur Poten Gunung Bromo
Sebagai pemeluk agama Hindu Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama
Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun bila
melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat
berlangsungnya upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger
yang beragama Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam
suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga Mandala/zone,
yaitu :
1.
MANDALA UTAMA
Disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan
yang terdiri dari:
Padmaberfungsi sebagai bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap
dengan pepalihan. Fungsi utamanya tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, Padma
tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas,
badan/batur dan kepala yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang, Nala,
Garuda dan Angsa.
Bedawang Nalamelukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit
oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang
badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan
fungsi padmasana.
Bangunan Sekepat (tiang empat) atau yang lebih besar letaknya di bagian
sisi sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, menghadap ke timur atau
sesuai dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka keempat sisinya.
Fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara.
Bale Pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan.
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai
gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas
dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan sisi-sisi
sekitar depa alit, depa madya atau depa agung. Tinggi bangunan dapat berkisar
dari sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter memungkinkan pula
dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi candi bentar.
Untuk pintu masuk pekarangan pura dari jaba pura menuju mandala
sisi/nista atau jaba tengah/mandala utama bisa berupa candi gelung atau kori
agung dengan berbagai variasi hiasan. Untuk pintu masuk pekarangan pura dari
jaba tengah/Mandala Madya ke jeroan Mandala Madya sesuai keindahan proporsi
bentuk fungsi dan besarnya atap bertingkat-tingkat tiga sampai sebelas sesuai
fungsinya. Untuk pintu masuk yang letaknya pada tembok penyengker/pembatas
pekarangan pura.
2. MANDALA
MADYA/ZONE TENGAH
Disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan
pengiring upacara terdiri dari:
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai
gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas
dengan bangunan bujur sangkar, segi empat atau segi banyak dengan sisi-sisi
sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.
Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan
pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan.
Fungsinya untuk tempat kul-kul yang dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu
dari rangkaian upacara.
Bale Bengong,
disebut juga Pewarengan suci letaknya diantara jaba tengah/mandala madya,
mandala nista/jaba sisi. Bentuk bangunannya empat persegi atau memanjang
deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur. Fungsinya untuk
mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang
umumnya jauh dari desa tempat pemukiman
3. MANDALA
NISTA/ZONE DEPAN
Disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura
yang terdiri dari bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya. Pekarangan
pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau
di jabaan tengah/sisi memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama
memakai Kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi
dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada umumnya
menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan
dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.
Komposisi masa-masa bangunan pura berjajar antara selatan atau
selatan-selatan di sisi timur menghadap ke barat dan sebagian di sisi utara
menghadap selatan.
Yadnya Kasada (Upacara
Kasada)
Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu
(Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju
puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai
hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo
sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo.
Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan
diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.
Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan
sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian
tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat
di poten lautan pasir Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan
pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara
ritual perkawinan dll. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan
cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.
Setelah Upacara
selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke
atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol
pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat
pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari
datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo
dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar
sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya
sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan
pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada
dikawah gunung bromo dapat kita lihat dari malam sampai siang hari Kasada
Bromo.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Secara topografi,
kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi
geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung
pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat
kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda
Secara
geografis, Wilayah Kota Probolinggo di sebelah utara berbatasan langsung dengan
laut yaitu Selat Madura, oleh karenanya sebagian penduduknya beraktifitas dan
berdomisili di dekat pantai atau di kawasan pesisir. Panjang pantai wilayah
Kota Probolinggo adalah sekitar 7 Km dengan berbagai aktivitas masyarakat di
dalamnya. Secara umum masyarakat di kawasan pesisir Kota Probolinggo, mempunyai
mata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan, pembudidaya ikan di tambak,
serta pengolah ikan.
Mayoritas penduduk probolinggo bermata pencaharian sebagai
petani,dan nelayan. Seperti yang sudah dibahas atas probolinggo memiliki
potensi laut yang luas. Sehingga penduduk yang bertempat tinggal di dekat laut
setiap harinya akan pergi mencari ikan. Tidak bagi penduduk yang jauh dari laut
mereka kebanyakan bercocok tanam berupa padi,jagung,umbi-umbian,bawang merah
dan lain-lain.
Agrowisata merupakan
kegiatan pengembangan sumberdaya alam pada suatu daerah di bidang berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata.
Pengembangan potensi anggur di Kota Probolinggo merupakan upaya pemerintah
untuk mengembalikan citra Probolinggo sebagai kota “Bayuangga” (bayu= angin;
angga = anggur dan mangga). Buah anggur produksi Kota Probolinggo ini mempunyai
kualitas yang khas dan spesifik baik rasa maupun penampilan fisik sehingga
mampu merebut hati para konsumen.
Karakteristik
sosial penduduk Kota Probolinggo dapat dilihat dari segi etnik dan budaya
masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial budaya sebagian
berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang menjadi
masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar merupakan Suku
Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat dalam mengarungi
kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).
Sejak Jaman
Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka
dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut
agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya
Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung
bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan
pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut
penanggalan Jawa.
3.2 Saran
Dengan
adanya region khusunya untuk di Probolinggo sangatlah beraneka ragam. Oleh
sebab itu kelestarian baik alam, budaya, adat istiadat, maupun keseniannya
harus kita jaga dengan sebaik mungkin. Karena itu merupakan suatu budaya khas
yang dimiliki oleh penduduk region di Probolinggo.
DAFTAR
PUSTAKA
Probolinggo,
Kota.2010.Kota Anggur Kota Probolinggo.(Online),
Sekartaji,
Arum.2011.Probolinggo Kota Mangga Anggur dan Seribu Taman.(Online),
Iqbal,
Galang.2012.Tari Glipang,(Online),
Probolinggo, Kota.2010.Letak Geografis.(Online),
Adly.2012.Wisata
di Probolinggo.(Online),
Masih ada beberapa upacara adat di Probolinggo selain Yadya Kasada, seperti Upacara Karo dan Petik Laut
BalasHapus