Minggu, 10 November 2013

Makalah Region Probolinggo

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki Objek Wisata terbanyak di Dunia, ini disebabkan karena luasnya negeri ini dan terdiri dari ribuan Pulau, ribuan suku, Budaya, Iklim, Sejarah, Agama dan banyak lagi faktor yang mendukung sebagai Tujuan Wisata Domestik maupun manca negara.
Secara topografi, kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.
Letak geografis Kota Probolinggo 7’10 Lintang Selatan dan 113’30 Bujur Timur dan besarnya area 56.57 Km2 .Batas Teritorial: Batas Selatan : Leces dan Sumberasih, Batas Utara: Selat Madura, Batas Timur : Dringin, Batas Barat : Tongas
Kota Probolinggo yang terletak di Pulau Jawa (Jawa Timur). Region Kota Probolinggo merupakan wilayah yang terletak di utara Jawa dekat dengan pantai utara memiliki iklim, budaya, kesenian, potensi fisik, dan objek wisata yang sangat indah.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana potensi fisik yang ada di wilayah Probolinggo?
2.      Bagaimana potensi alam yang ada di wilayah Probolinggo?
3.      Bagaimana system mata pencaharian di wilayah Probolinggo?
4.      Apa yang cocok di budidayakan di wilayah Probolinggo?
5.      Bagaimana kesenian dan kebudayaan yang ada di wilayah Probolinggo?
6.      Bagaimana adat istiadat yang ada di Probolinggo?




1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui potensi fisik yang ada di wilayah Probolinggo.
2.      Untuk mengetahui potensi alam yang ada di wilayah Probolinggo.
3.      Untuk mengetahui system mata pencaharian yang digunakan di wilayah Probolinggo.
4.      Untuk mengetahui budidaya apa saja yang ada di wilayah Probolinggo.
5.      Untuk mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di wilayah Probolinggo.
6.      Untuk mengetahui adat istiadat yang ada di Probolinggo.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi Fisik
Secara topografi, kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda.
Bentuk permukaan daratan di klasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu :
  • Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0 – 100 M diatas permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke arah Timur kemudian membujur ke Selatan.
  • Daerah perbukitan dengan ketinggian 100 – 1.000 M diatas permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan.
  • Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut, daerah ini terletak disebelah barat daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan disebelah Tenggara yaitu di sekitar Pegunungan Argopuro.
Letak geografis Kota Probolinggo 7’10 Lintang Selatan dan 113’30 Bujur Timur dan besarnya area 56.57 Km2 .Batas Teritorial:
§  Batas Selatan  : Leces dan Sumberasih
§  Batas Utara     : Selat Madura
§  Batas Timur     : Dringin
§  Batas Barat     : Tongas
Luas wilayah Kota Probolinggo adalah 56.667 Km2 dan terletak di Pantai selat Madura. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah 7 Km. Sebagian masyarakatnya yang tinggal di kawasan pesisir dan di sekitar pelabuhan mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan, petambak, pengolah hasil perikanan dan pedagang ikan.
Dalam rangka meningkatkan penguasaan dan pengembangan teknologi penanganan, pengolahan, pengemasan dan distribusi pemasaran bagi pelaku usaha pengolahan perikanan dan masyarakat umum. Pada akhirnya yang  diharapkan adalah tumbuhnya iklim investasi di bidang Perikanan baik Perikanan air tawar, air payau dan perikanan tangkap. Potensi-potensi investasi  di bidang perikanan dan kelautan yang bisa dilakukan dapat dibedakan dalam beberapa kategori usaha antara lain.
1)      Usaha bidang industri perikanan yang meliputi pengalengan ikan, fillet ikan dan industri pengolahan hasil perikanan lainnya.
2)      Usaha bidang industri penunjang perikanan yang meliputi industri alat penangkapan berupa jaring dan perbengkelan kapal, industri pembuatan es dan packaging ikan olahan.
3)      Usaha bidang budidaya ikan yang meliputi tambak dan kolam ikan air tawar. Kota Probolinggo memiliki tambak seluas 164,5 Ha, yang terdiri dari 9,68 Ha Tambak Dinas Kelautan dan Perikanan yang terbagi dalam 11 petak dan 154,82 Ha Tambak Masyarakat. Hasil produksi tambak Dinas Kelautan dan Perikanan pada tahun 2006 mencapai 12 ton ikan Bandeng dan 1,5 ton Udang Windu.
4)      Usaha bidang jasa sumberdaya kelautan yang meliputi transportasi laut dan wisata bahari. 
5)      Usaha bidang pariwisata bahari, yang meliputi wisata perikanan dan wisata pantai
2.2 Potensi Alam
a.       Laut
Secara geografis, Wilayah Kota Probolinggo di sebelah utara berbatasan langsung dengan laut yaitu Selat Madura, oleh karenanya sebagian penduduknya beraktifitas dan berdomisili di dekat pantai atau di kawasan pesisir. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah sekitar 7 Km dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya. Secara umum masyarakat di kawasan pesisir Kota Probolinggo, mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan, pembudidaya ikan di tambak, serta pengolah ikan.
Perkembangan wilayah pesisir Kota Probolinggo amat ditunjang oleh sarana transportasi baik darat maupun laut. Pelabuhan Tanjung Tembaga merupakan pelabuhan niaga peninggalan jaman penjajahan Belanda. Hal itu terlihat dari berbagai bentuk bangunan di dalam pelabuhan dan bentuk dermaga yang amat memadai sebagai tempat berlabuhnya perahu dan kapal. Baik kapal niaga maupun kapal perikanan. Pembangunan Jalan Lingkar Utara juga merupakan pemicu dan pemacu derap perkembangan perekonomian di kawasan tersebut. Terutama untuk sepanjang kawasan yang dilintasi oleh Jaln Lingkar Utara tersebut yang terbentang sepanjang Kelurahan Pilang, Sukabumi, Mayangan dan Mangunharjo
b.      Hutan Mangrove
Kontribusi hutan mangrove tergambar dari fungsinya itu sendiri, seperti penghalang terhadap erosi pantai dan gempuran ombak, pengolahan limbah organik, tempat mencari makan, memijah dan bertelurnya berbagai biota laut seperti ikan dan udang. Selain itu sebagai habitat berbagai jenis margasatwa, penghasil kayu dan non-kayu serta potensi ecotourism
Daerah pantai yang harus dipertahankan keberadaannya. Ancaman langsung yang paling serius terhadap mangrove adalah pembangunan tambak oleh masyarakat. Hal ini disebabkan adanya peraturan perundangan dan penegakan hukum yang kurang tegas. Untuk mengidentifikasi potensi lahan hutan mangrove, salah satunya menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG). SIG dapat digunakan untuk menganalisis potensi lahanhutanmangrove.
Persebaran potensi lahan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo sesuai untuk dikembangkan sebagai lahan perkembangan hutan mangrove di Desa Asembagus Kecamatan Kraksaan dan Desa Curahsawo Kecamatan Gending dengan daya dukung lingkungan baik dengan skor total 42. Dengan total luas lahan yang berpotensi untuk hutan mangrove daya dukung lingkungan baik dengan skor total 42 adalah 61,52 ha dan total luas lahan yang berpotensi untuk hutan mangrove daya dukung lingkungan sedang dengan skor total 21 adalah 226,49 ha sedangkan daya dukung buruk dengan skor total 16 adalah 2,86 ha.

c.       Wisata
§  Gunung Bromo
Gunung Bromo, gunung ini tidak asing bagi telinga masyarakat Jawa Timur. Pemandangan di sana menakjubkan hingga mata kita tak berkedip ketika pertama kali melihatnya. Ada beberapa akses menuju daerah wisata ini, yaitu dari Probolinggo dan Dari Pasuruan, jika menggunakan akses melewati Probolinggo maka, kita akan menjumpai pemandangan yang indah.
Objek wisata yang biasanya dikunjungi para Turis lokal atau mancanegara adalah Puncak Bromo dan Penanjakan. Adapun kendaraan yang ditawarkan untuk menaiki puncak dan perkeliling disekitar lautan pasir.
1.      Menunggang kuda                                     2.     Menggunakan Jeep

   

§  Pantai Bentar
Adalah salah satu pantai yang diperuntukkan sebagai tempat rekreasi keluarga. Pantai Bentar berada di kecamatan Gending Probolinggo, lama perjalanan dari pusat kota Probolinggo berkisar 20 menit. Tempat Wisata yang satu ini juga sebagai tempat faforit bagi warga Probolinggo, selain tempatnya yang indah juga fasilitas di lokasi ini sudah cukup lengkap. Tempat yang bersih membuat pengunjung betah di Lokasi ini, fasilitas di sini adalah Kolam Renang, Restoran, tempat parkir yang luas, tempat bermain anak dan pastinya Nice View of Sunset atau Pemandangan indah ketika matahari Terbenam. Di sekitar pantai bentar juga terdapat banyak tumbuhan Mangrove hingga pantai disekitarnya terlihat hijau dan indah.
TWSL atau Taman Wisata Study Lingkungan Telah berdiri sekitar tiga tahun yang    lalu, dan didirikan oleh pemerintah kota Probolinggo. TWSL sendiri adalah lokasi dimana pengunjung dapat mengamati lebih dekat, bagaimana alam itu, karena di dalam TWSL sendiri terdapat beberapa fitur kebun binatang mini, dan contoh-contoh tanaman, juga disediakan taman bermain bagi anak-anak. Juga terdapat area outbond. TWSL ini sangatlah penting bagi warga sendiri, karena para warga dapat memahami bagai mana perilaku hidup hewan, hewan mana yang terncam punah, tumbuhan apa yang perlu kita lindung, bagaimana memelihara tanaman dengan baik, dan macam-macam.

§  Danau Ronggujalu
            Danau Ronggojalu merupakan salah satu danau yang berada di dekat kota Problinggo hanya kira-kira 5 km dari Pusat Kota Probolinggo. Danaunya indah dan pasti akan tertarik berenang di sana, jika tidak ingin berenang juga bisa hanya menikmati pemandangan di bawah pendopo yang tentunya sejuk dan cocok untuk keluarga.
Di sana juga menyediakan kolam untuk anak-anak, peneyewaan ban, dan pedagang yang     menjual makanan. Danau ini juga berfungsi banyak bagi warga probolinggo dan sekitar Danau Ronggo Jalu, selain untuk wisata, danau ini juga dijadikan irigasi untuk sawah warga sekitar, dan hebatnya lagi Danau ini untuk sumber pasokan air bersih untuk Probolinggo.
§  Air Terjun Madakaripura
Air terjun Madakaripura adalah suatu air terjun yang terletak di Kecamatan Lumbang,  Probolinggo. Air terjun ini adalah salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi bukit-bukit yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya seperti layaknya sedang hujan, 3 di antaranya bahkan mengucur deras membentuk air terjun lagi. Air terjun ini diberi nama dari Madakaripura, tanah perdikan milik mahapatih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit.
§  Regulo Rafting
Regulo Rafting merupakan olahraga arum jeram yang berada di kawasan Pekalen,Kec Gading.Paket harga yang ditawarkan adalah 185 @perorang,untuk 1 perahu karet tersebut berisi 5 orang dan 1 guide. Petualangan berrafting akan dimulai dari Sawahan  atas yaitu daerah yang berada di Kaki Gunung, jarak yang akan ditempuh untuk melakukan olahraga ini adalah 13 Km yang akan ditempuh sekitar 3-4 jam, dengan derasnya air sungai serta bebatuan sungai yang bersusun tak beraturan. Dan akan berkesudahan di sungai pekalen bawah
2.3 Mata Pencaharian
Mayoritas penduduk probolinggo bermata pencaharian sebagai petani,dan nelayan. Seperti yang sudah dibahas atas probolinggo memiliki potensi laut yang luas. Sehingga penduduk yang bertempat tinggal di dekat laut setiap harinya akan pergi mencari ikan.
Tidak bagi penduduk yang jauh dari laut mereka kebanyakan bercocok tanam berupa padi,jagung,umbi-umbian,bawang merah dan lain-lain.
Banyak cara yang ditempuh untuk meningkatkan produktivitas pertanian,salah satunya dengn penanaman padi dengan sistem JAJAR LEGOWO merupakan penanaman padi yang diatur sedemikian rupa dengan lorong atau ruang terbuka yang cukup lebar.
Penanaman padi dengan cari Jajar Legowo dapat di jumpai di daerah karang geger,Kecamatan Pajarakan.
Berikut gamabar Sistem Jajar Legowo:
          



               
Untuk bawang merah merupakan tanaman musiman yang biasanya ditanam di dataran rendah, Namun dapat pula di tanam di dataran tinggi,daerah probolinggo merupakan produksi terbanyak dari daerah bagian timur lainya. Hal ini karena Probolinggo mempunyai ciri khasnya Angin Gending yang berhembus di bulan Maret hingga pertengahan desember membuat pertumbuhan bawang merah menjadi baik
Foto bawang merah produksi daerah probolinggo
               
2.4 Budidaya
*      Anggur Dan Mangga
Agrowisata merupakan kegiatan pengembangan sumberdaya alam pada suatu daerah di bidang  berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata. Pengembangan potensi anggur di Kota Probolinggo merupakan upaya pemerintah untuk mengembalikan citra Probolinggo sebagai kota “Bayuangga” (bayu= angin; angga = anggur dan mangga). Buah anggur produksi Kota Probolinggo ini mempunyai kualitas yang khas dan spesifik baik rasa maupun penampilan fisik sehingga mampu merebut hati para konsumen.
v    Anggur
Anggur Probolinggo mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Warna putih kekuning-kuningan ada juga yang berwarna ungu.
2.      Anggur khas probolinggo berbentuk bulat.
3.      Rata-rata ukuran anggur probolinggo panjang 2 cm dan diameter 1,5 cm.
4.      Ada lapisan tepung diluar kulit anggur.
5.      Daging warna putih kehijauan.
6.      Setiap buahnya anggur terdapat 2-3 biji warna kecoklatan. Dan yang pasti rasanya manis

Cara untuk penanamannya:
1.      Anggur probolinggo ini terkenal mudah tumbuh.
2.      butuh sinar matahari penuh, di point ini kota probolinggo menjadi kota ideal, dimana kota probolinggo ini merupakan kota pinggir pantai yang terkenal amat, sangat puanas. Curah hujan harus antara 250 – 380 mm per tahun
3.      untuk tanah bisa menggunakan ditanah apapun, namun untuk tanah yang kurang baik hendaknya diolah dahulu untuk hasil yang lebih baik.
4.      butuh air yang cukup banyak.
5.      media tanam ,bisa menggunakan pot besar (apabila digunakan sebagai tanaman hiasan), atau dibuatkan suatu media tanam yang membentang diatas agar posisi anggur bisa menjalar dengan baik, biasanya orang probolinggo menyebutnya dengan kata “anjang-anjang” yang kebanyakan terbuat dari bambu.
                                                        
Diatas merupakan salah satu hasil anggur probolinggo yang berwarna kuning kehijauan. Namun, disisi lain kebanyakan petani Probolinggo menganggap budidaya anggur ini hanya dijadikan sebagai sampingan saja dan lebih memilih menanam padi atau jagung sehingga, hasil budidaya ini berbanding jauh dengan kebutuhan masyarakat sendiri.
v  Mangga
1.      Manalagi
Musim petik mangga Probolinggo biasanya terjadi di bulan Oktober. Harga jual mangga ini cukup mahal tetapi Anda yang berkunjung saat panen mangga di daerah ini akan mendapatkan harga mangga sedikit murah karena produksi melimpah ruah dan terdapat di seluruh pasar tradisional.
Tak jarang wisatawan mancanegara atau domestik berbelanja mangga sebagai oleh-oleh. Buah ini dapat bertahan lama ketika dibawa dalam perjalanan panjang misalnya ke Jakarta. Rasa mangga akan tetap manis, maka kiat membeli mangga disarankan masih mengkal disaat panen mangga tiba. Selain perkebunan mangga, Probolinggo juga mempunyai sentra buah anggur yang berada di daerah Kelurahan Ketapang Kecamatan Kademangan
             
Buah mangga arum manis yang sedang bergelantungan               
Foto pedagang buah mangga yang berdagang disekitar pinggir jalan Kota Probolinggo
Ciri-ciri Mangga Manalagi yaitu ukuran buahnya yang besar dan memiliki warna buah yang kuning dan manis dikala buah mangga ini sudah matang. bentuknya panjang bulat sedikit berlekuk dan berparuh dengan kulit tetap hijau meskipun sudah matang.
2.      Mangga Harumanis
Mangga harumanis merupakan varietas mangga dari Probolinggo jatim. Rasanya yang harum dan manis dikala matang inilah yang menajdi ciri khas harum manis sesuai dengan namanya harum dan manis.

2.5  Kesenian dan Kebudayaan
Karakteristik sosial penduduk Kota Probolinggo dapat dilihat dari segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).         
Salah satu wujud kekhasan budaya masyarakat merupakan lahirnya seni budaya khas daerah seperti seni tari, seni suara, seni musik dan seni rupa. Hal ini selain memperkuat budaya masyarakat juga menjadi aset yang bisa dikembangkan untuk wisata maupun industri
 
1.      Jaran Bodhag

Jaran Bodhag dalam terminologi bahasa Jawa “Jaran” berarti kuda dan “bodhak” (bahasa Jawa dialek Jawa Timur, khususnya wilayah Timur) berarti wadah, bentuk lain. Walaupun belum diketahui angka tahun yang pasti sejak kapan kesenian “Jaran Bodhag” ini mulai diciptakan dan dikenal oleh masyarakat kota Probolinggo, namun dari beberapa sumber diketahui bahwa “Jaran Bodhag” diciptakan oleh orang-orang kota Probolinggo pada zaman awal kemerdekaan.
Pada waktu itu orang-orang Probolinggo, terutama orang-orang pinggiran dan miskin mendambakan suatu seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo adalah “Jaran Kencak”, yakni kuda (jaran) yang “ngencak” (menari). “Jaran Kencak” sebutan dalam dialek lokal untuk menyebut “Kuda Menari”, sejenis pertunjukkan yang menggunakan kuda yang dilatih khusus untuk menari dan dirias dengan pakaian serta aksesoris lengkap.
Pada kalangan masyarakat miskin, yang karena kemiskinannya mereka tidak mampu memiliki atau menyewa kuda untuk “Jaran Kencak” ini, mereka membuat modifikasi Jaran Kencak dengan jaran (kuda) tiruan.
Terbuat dari kayu menyerupai kepala kuda sampai leher, kemudian leher kuda kayu itu disambung dengan peralatan lengkap dengan aksesoris mirip “Jaran Kencak” asli, yang memungkinkan seseorang dapat berdiri di dalam dan dikelilingi aksesoris kuda. “Penunggang” kuda seolah-olah naik kuda, padahal ia berdiri dan berjalan (dengan kaki sendiri ) dengan menyangga leher kepala kuda lengkap dengan aksesorisnya sehingga dari jauh mirip orang yang naik “Jaran Kencak” itulah yang disebut dengan “Jaran Bodhag”.
Pada saat ini “Jaran Bodhak” masih populer di kalangan masyarakat kota Probolinggo. Dan kesenian ini biasanya digunakan untuk mengiringi dan mengarak acara hajatan, pernikahan, khitanan, dan sebagainya. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di mayarakat Probolinggo yang sampai sekarang masih aktif untuk mengadakan kegiatan pembinaan dan pementasan.
Penyajian kesenian ini diiringi dengan musik tradisional yang terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Jaran Bodhag dibawa oleh dua orang dengan sebutan janis dan penunggang jaran. Dalam penyajiannya juga ditampilkan tembang-tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian penuh gemerlapan, menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Siapapun bisa naik Jaran Bodhag, karena gerakannya tidak rumit, tinggal mengikuti irama yang muncul dari musik kenong telo’. Keberadaan kesenian Jaran Bodhag ini merata diseluruh Kecamatan Kota Probolinggo
2.      Kesenian Glipang
Kesenian Glipang ialah suatu jenis kesenian pertunjukan, yang membawakan lakon-lakon tertentu (pertunjukan berlakon) yang biasanya dipergelarkan semalam suntuk. Tema lakon bernafaskan ceritera dalam agama Islam antara lain tentang kejayaan Islam dan ceritera kehidupan masyarakat sehari-hari yang bernafaskan Islam ini disajikan dalam bentuk tari yang diiringi music dan disertai dialog dalam bahasa Jawa, Madura dan disisipi sedikit bahasa Arab.
Kesenian glipang dicipatakan oleh Sutrisno pada tahun 1935. Sutrisno adalah seorang pendatang dari Pulau Madura yang menetap di Desa Pendil. Mula-mula ia bekerja sebagai mandor penebang tebu di pabrik gula Sebaung, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo. Namun, karena sering terjadi pertentangan dengan sinder-sinder Belanda yang bertindak sewenang-wenang, maka Sutrisno memilih berhenti dari pekerjaannya sebagai mandor.
Setelah keluar dari pabrik gula milik Belanda tersebut, dengan daya kekreatifannya, Sutrisno menangkap keluhan-keluhan rekannya sesama pekerja pabrik terhadap sinder-sinder Belanda itu kemudian meramunya menjadi sebuah bentuk drama tari yang disebut kiprak glipang. Jadi, dahulu glipang adalah suatu kesenian yang bertujuan untuk mengingatkan para penguasa melalui sindiran-sindiran halus yang disampaikan dalam bentuk drama tari agar jangan bertindak sewenang-wenang dalam menggunakan kekuasaannya. Dalam perkembangannya, saat ini kesenian yang telah menyebar ke Kabupaten Lumajang, Jember dan Pasuruan, hanya dimanfaatkan sebagai sarana hiburan pelepas rutinitas keseharian.

                                             

Pada umumnya penonton menyukai penyelenggaraan dengan waktu yang lama atau semalam suntuk. Dalam penyajian demikian maka ditampilkan berulang-ulang bagian-bagian tertentu yang dianggap penting atau digemari oleh masyarakat. Pengulangan bagian-bagian tertentu seni itu dirasa memantapkan penyajian kesenian Glipang dan kenikmatan selera penonton.
Penyajian kesenian glipang semalam suntuk terbagi atas tahap-tahap:
1.      Tahap ke satu:
Tari Ngremo Glipang (Tari Kiprah Glipang). Tari ini merupakan bentuk tari  yang digunakan untuk mengawali pertunjukan seni glipang.
2.      Tahap ke-dua:
Tari Baris. Tarian ini dibawakan oleh para penari pria, biasanya disertai    penampilan seorang pelawak pria.
3.      Tahap ke-tiga:
Tari Pertemuan. Tarian dibawakan oleh penari pria dan wanita dalam komposisi berpasangan, disertai dua pelawak pria dan wanita. Peragaan tarian wanita dibawakan oleh penari pria dan dalam adegan ini kedua pelawak berdialog lucu (melawak).

4.      Tahap ke-empat:
Sandiwara (Drama). Membawakan ceritera tertentu dengan tema tertentu pula yang bernafaskan agama Islam.
Kesenian Glipang kecuali disajikan dalam bentuk tari dan drama (sandiwara) juga diiringi musik dan vokal.
o   Alat musik yang digunakan terdiri dari:
1.      Dua ketipung besar, yakni lake’an dan bhine’an, ditabuh tingkah meningkah (saling mengisi). Ketimpung laki-laki (lake’an) berfungsi memimpin dan memberikan tekanan-tekanan gerak.
2.      Satu jedhor, untuk memberikan tekanan-tekanan tertentu untuk semelehnya (konstannya) irama.
3.      Tiga sampai lima terbang/kecrek, berfungsi mengisi lagu dengan cara memberikan suara di antara degupan.
o   Lagu-lagu yang dibawakan:
1.      Lagu Awayaro, sebagai lagu pembukaan menjelang penyajian tari kiprak Glipang.
2.      Pantun berlagu bebas, dibawakan secara bergantian pada penyajian tari pertemuan

                                             
Beberapa alat yang digunakan pada Tari Glipang yang sudah terkenal dikalangan umum.
3.      Kuda Kencak 
                                          
Satu jenis kesenian yang paling unik dan menarik dari Kabupaten Probolinggo adalah tarian Kuda kencak. Kata “kencak” sendiri berarti mengangkat kaki berulang kali. Satu gerakan indah dan jenaka yang dilakukan oleh Kuda mengiringi irama bunyi-bunyian dari gamelan yang ditabuh oleh beberapa orang.
Sang kuda diberi hiasan warna-warni, seorang anak yang menunggangi di punggungnya juga memakai pakain yang tidak kurang gemerlapnya,diberi untaian bunga sekeliling kepalanya,dipayungi dengan payung berwarna serta diarak dan diperlakukan seperti pengantin.

                                    

Tradisi ini sebenarnya di lakukan dalam upacara pengkhitanan seorang anak. Tetapiperkembangan menunjukan bahwa kebiasaan ini juga dilaksnakan sebagaia penebus nazar atau niat seseorang. Misalnya saja seseorang akan mempergelarkan kuda kencak apabila anaknya benar-benar sembuh dari sakit, si anak akan menari bersama kuda kencak dan di arak ramai-ramai.
Setibanya dari arak-arakan barulah diadakan pertujukan sepenuhnya. Gamelan ditabuh dengan irama tertentu. Pengiringnya biasanya disebut “janis”,akan ikut pula menari dan membawakan kidung-kidung, sejenis pantun sindir menyindir,dan dibawakan bersahut-sahutan.




4.      Tarian Yonk Yonk
Tarian yonk-yonk merupakan tarian yang berasal dari Kota Probolinggo,bagian timur tepatnya di Desa Jabung Pesisir. Tarian ini hampir punah dikarenakan tidak adanya penerus tarian dan  hanya di lakukan apabila musim Petik Laut  saja.

                    
                                                 Tarian khas pesisir nelayan Probolinggo (Yongkqyonk)
5.      Wayang Topeng
                          
                            
Wayang Topeng adalah bentuk lain dari pertunjukkan Wayang di Jawa Timur. Wayang Topeng berkembang di Malang, Probolinggo, Situbondo dan Sumenep. Acara ini seperti boneka manusia, yang dimainkan oleh seniman topeng menggunakan pemain manusia. Cerita itu sendiri didasarkan pada c erita klasik Mahabarata dan Ramayana
6.      Petik Laut
Tradisi Sya’banan. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Biasanya pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum bulan puasa tiba) masyarakat hadir dengan membawa makanan dan bersuka cita sambil duduk-duduk di tepian pantai menikmati panorama laut yang tertimpa sinar bulan purnama. Tradisi seperti ini sudah dilakukan oleh masyarakat setiap tahun. Sehubungan dengan tradisi itu diadakan lomba balap perahu (Petik Laut).
Setiap tahunnya para nelayan yang tergabung di dalam Paguyuban Nelayan selalu mengadakan kegiatan ritual yang telah ditetapkan menjadi event tahunan oleh Pemerintah Kota Probolinggo yaitu kegiatan Petik Laut ini. Kegiatan ini melambangkan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan YME atas rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh umat. Selain itu kegiatan ini bertujuan untuk tetap melestarikan budaya gotong-royong dan kebersamaan yang telah diwariskan secara turun-temurun dari para leluhur sehingga menjadi tradisi di daerah sepanjang pesisiran pantai kota Probolinggo.
7.      Perahu Hias
Lomba Perahu Hias merupakan tradisi masyarakat pesisiran pantai kota Probolinggo yang secara beriringan untuk berlomba menghias kapal atau perahu dengan bermacam-macam hiasan yang menarik. Lomba ini selalu mampu menarik minat para wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Kegiatan ini telah menjadi event tahunan dan diselenggarakan bertepatan dengan hari jadi Kota Probolinggo pada tanggal 4 September.

2.6  Adat Istidat
v Upacara Kasada
Bromo mempunyai pesona alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis kekaguman kita oleh pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, gunung bromo ini merupakan gunung yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal diwilayah jawa Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut.
Padang Savana di alam pegunungan yang sangat sejuk, kita dapat melihat rerumputan kering dan padang pasir yang sangat luas. Yang sangat menarik dan indah pada saat matahari terbit yang kita lihat dari Puncak Gunung di Pananjakan, karena kabut yang menyelimuti bawah gunung bromo membuat panorama indah dan mistik. Untuk mencapai gunung pananjakan kita dapat menyewa mobil hardtop yang banyak terdapat di penginapan. Atau jika anda ingin menikmati pemandangan secara alami dan sehat anda dapat melewati jalan setapak menuju jalan penanjakan. Tetapi sangat disarankan anda menyewa guide yang sudah sangat terbiasa akan jalan dan medan di Bromo.
Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa.
Legenda Asal Mula Upacara Kasada
Menurut ceritera, asal mula upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu. Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari Kerajaan Majapahit. Sang permaisuri dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Roro Anteng, setelah menjelang dewasa sang putri mendapat pasangan seorang pemuda dari kasta Brahma bernama Joko Seger.
Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran dan bersamaan mulai menyebarnya agama Islam di Jawa, beberapa punggawa kerajaan dan beberapa kerabatnya memutuskan untuk pindah ke wilayah timur, dan sebagian menuju di kawasan Pegunungan Tengger termasuk pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger.
Pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger membangun pemukiman dan kemudian memerintah di kawasan Tengger dengan sebutan Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger, maksudnya “Penguasa Tengger Yang Budiman”. Nama Tengger diambil dari akhir suku kata nama Rara Anteng dan Jaka Seger.
Kata Tengger berarti juga Tenggering Budi Luhur atau pengenalan moral tinggi, simbol perdamaian abadi. Dari waktu ke waktu masyarakat Tengger hidup makmur dan damai, namun sang penguasa tidaklah merasa bahagia, karena setelah beberapa lama pasangan Rara Anteng dan Jaka Tengger berumahtangga belum juga dikaruniai keturunan. Kemudian diputuskanlah untuk naik ke puncak gunung Bromo untuk bersemedi dengan penuh kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa agar karuniai keturunan.
Tiba-tiba ada suara gaib yang mengatakan bahwa semedi mereka akan terkabul namun dengan syarat bila telah mendapatkan keturunan, anak yang bungsu harus dikorbankan ke kawah Gunung Bromo, Pasangan Roro Anteng dan Jaka Seger menyanggupinya dan kemudian didapatkannya 25 orang putra-putri, namun naluri orang tua tetaplah tidak tega bila kehilangan putra-putrinya. Pendek kata pasangan Rara Anteng dan Jaka Seger ingkar janji, Dewa menjadi marah dengan mengancam akan menimpakan malapetaka, kemudian terjadilah prahara keadaan menjadi gelap gulita kawah Gunung Bromo menyemburkan api.
Kesuma anak bungsunya lenyap dari pandangan terjilat api dan masuk ke kawah Bromo, bersamaan hilangnya Kesuma terdengarlah suara gaib :”Saudara-saudaraku yang kucintai, aku telah dikorbankan oleh orang tua kita dan Hyang Widi menyelamatkan kalian semua.
Hiduplah damai dan tenteram, sembahlah Hyang Widi. Aku ingatkan agar kalian setiap bulan Kasada pada hari ke-14 mengadakan sesaji kepada Hyang Widi di kawah Gunung Bromo. Kebiasaan ini diikuti secara turun temurun oleh masyarakat Tengger dan setiap tahun diadakan upacara Kasada di Poten lautan pasir dan kawah Gunung Bromo.
Pura Luhur Poten Gunung Bromo
Sebagai pemeluk agama Hindu Suku Tengger tidak seperti pemeluk agama Hindu pada umumnya, memiliki candi-candi sebagai tempat peribadatan, namun bila melakukan peribadatan bertempat di punden, danyang dan poten.
Poten merupakan sebidang lahan di lautan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara Kasada. Sebagai tempat pemujaan bagi masyarakat Tengger yang beragama Hindu, poten terdiri dari beberapa bangunan yang ditata dalam suatu susunan komposisi di pekarangan yang dibagi menjadi tiga Mandala/zone, yaitu :
1.      MANDALA UTAMA
Disebut juga jeroan yaitu tempat pelaksanaan pemujaan persembahyangan yang terdiri dari:
Padmaberfungsi sebagai bentuknya serupa candi yang dikembangkan lengkap dengan pepalihan. Fungsi utamanya tempat pemujaan Tuhan Yang Maha Esa, Padma tidak memakai atap yang terdiri dari bagian kaki yang disebut tepas, badan/batur dan kepala yang disebut sari dilengkapi dengan Bedawang, Nala, Garuda dan Angsa.
Bedawang Nalamelukiskan kura-kura raksasa mendukung padmasana, dibelit oleh seekor atau dua ekor naga, garuda dan angsa posisi terbang di belakang badan padma yang masing-masing menurut mitologi melukiskan keagungan bentuk dan fungsi padmasana.
Bangunan Sekepat (tiang empat) atau yang lebih besar letaknya di bagian sisi sehadapan dengan bangunan pemujaan/padmasana, menghadap ke timur atau sesuai dengan orientasi bangunan pemujaan dan terbuka keempat sisinya. Fungsinya untuk penyajian sarana upacara atau aktivitas serangkaian upacara. Bale Pawedan serta tempat dukun sewaktu melakukan pemujaan.
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya mirip dengan tugu kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar segi empat atau sisi banyak dengan sisi-sisi sekitar depa alit, depa madya atau depa agung. Tinggi bangunan dapat berkisar dari sebesar atau setinggi tugu sampai sekitar 100 meter memungkinkan pula dibuat lebih tinggi dengan memperhatikan keindahan proporsi candi bentar.
Untuk pintu masuk pekarangan pura dari jaba pura menuju mandala sisi/nista atau jaba tengah/mandala utama bisa berupa candi gelung atau kori agung dengan berbagai variasi hiasan. Untuk pintu masuk pekarangan pura dari jaba tengah/Mandala Madya ke jeroan Mandala Madya sesuai keindahan proporsi bentuk fungsi dan besarnya atap bertingkat-tingkat tiga sampai sebelas sesuai fungsinya. Untuk pintu masuk yang letaknya pada tembok penyengker/pembatas pekarangan pura.

2.      MANDALA MADYA/ZONE TENGAH
Disebut juga jaba tengah, tempat persiapan dan pengiring upacara terdiri dari:
Kori Agung Candi Bentar, bentuknya serupa dengan tugu, kepalanya memakai gelung mahkota segi empat atau segi banyak bertingkat-tingkat mengecil ke atas dengan bangunan bujur sangkar, segi empat atau segi banyak dengan sisi-sisi sekitar satu depa alit, depa madya, depa agung.
Bale Kentongan, disebut bale kul-kul letaknya di sudut depan pekarangan pura, bentuknya susunan tepas, batur, sari dan atap penutup ruangan kul-kul/kentongan. Fungsinya untuk tempat kul-kul yang dibunyikan awal, akhir dan saat tertentu dari rangkaian upacara.
Bale Bengong, disebut juga Pewarengan suci letaknya diantara jaba tengah/mandala madya, mandala nista/jaba sisi. Bentuk bangunannya empat persegi atau memanjang deretan tiang dua-dua atau banyak luas bangunan untuk dapur. Fungsinya untuk mempersiapkan keperluan sajian upacara yang perlu dipersiapkan di pura yang umumnya jauh dari desa tempat pemukiman

3.      MANDALA NISTA/ZONE DEPAN
Disebut juga jaba sisi yaitu tempat peralihan dari luar ke dalam pura yang terdiri dari bangunan candi bentar/bangunan penunjang lainnya. Pekarangan pura dibatasi oleh tembok penyengker batas pekarangan pintu masuk di depan atau di jabaan tengah/sisi memakai candi bentar dan pintu masuk ke jeroan utama memakai Kori Agung.
Tembok penyengker candi bentar dan kori agung ada berbagai bentuk variasi dan kreasinya sesuai dengan keindahan arsitekturnya. Bangunan pura pada umumnya menghadap ke barat, memasuki pura menuju ke arah timur demikian pula pemujaan dan persembahyangan menghadap ke arah timur ke arah terbitnya matahari.
Komposisi masa-masa bangunan pura berjajar antara selatan atau selatan-selatan di sisi timur menghadap ke barat dan sebagian di sisi utara menghadap selatan.



Yadnya Kasada (Upacara Kasada)
Pada malam ke-14 Bulan Kasada Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu (Budha Mahayana menurut Parisada Hindu Jawa Timur) berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.
Upacara Kasada diawali dengan pengukuhan sesepuh Tengger dan pementasan sendratari Rara Anteng Jaka Seger di panggung terbuka Desa Ngadisari. Kemudian tepat pada pukul 24.00 dini hari diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat di poten lautan pasir Gunung Bromo. Dukun bagi masyarakat Tengger merupakan pemimpin umat dalam bidang keagamaan, yang biasanya memimpin upacara-upacara ritual perkawinan dll. Sebelum dilantik para dukun harus lulus ujian dengan cara menghafal dan membacakan mantra-mantra.
Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo dapat kita lihat dari malam sampai siang hari Kasada Bromo.





BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Secara topografi, kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda
Secara geografis, Wilayah Kota Probolinggo di sebelah utara berbatasan langsung dengan laut yaitu Selat Madura, oleh karenanya sebagian penduduknya beraktifitas dan berdomisili di dekat pantai atau di kawasan pesisir. Panjang pantai wilayah Kota Probolinggo adalah sekitar 7 Km dengan berbagai aktivitas masyarakat di dalamnya. Secara umum masyarakat di kawasan pesisir Kota Probolinggo, mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan, pembudidaya ikan di tambak, serta pengolah ikan.
Mayoritas penduduk probolinggo bermata pencaharian sebagai petani,dan nelayan. Seperti yang sudah dibahas atas probolinggo memiliki potensi laut yang luas. Sehingga penduduk yang bertempat tinggal di dekat laut setiap harinya akan pergi mencari ikan. Tidak bagi penduduk yang jauh dari laut mereka kebanyakan bercocok tanam berupa padi,jagung,umbi-umbian,bawang merah dan lain-lain.
Agrowisata merupakan kegiatan pengembangan sumberdaya alam pada suatu daerah di bidang  berpotensi untuk dijadikan kawasan wisata. Pengembangan potensi anggur di Kota Probolinggo merupakan upaya pemerintah untuk mengembalikan citra Probolinggo sebagai kota “Bayuangga” (bayu= angin; angga = anggur dan mangga). Buah anggur produksi Kota Probolinggo ini mempunyai kualitas yang khas dan spesifik baik rasa maupun penampilan fisik sehingga mampu merebut hati para konsumen.
Karakteristik sosial penduduk Kota Probolinggo dapat dilihat dari segi etnik dan budaya masyarakatnya. Masyarakat Probolinggo dilihat dari sosial budaya sebagian berasal dari budaya agraris (petani dan nelayan) dan berkembang menjadi masyarakat urbanis. Sedangkan ditinjau dari suku, sebagian besar merupakan Suku Jawa dan Madura yang terkenal ulet, lugas, terbuka, dan kuat dalam mengarungi kehidupan (berjiwa wiraswasta tinggi).
       Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan Kasodo menurut penanggalan Jawa.

3.2  Saran
Dengan adanya region khusunya untuk di Probolinggo sangatlah beraneka ragam. Oleh sebab itu kelestarian baik alam, budaya, adat istiadat, maupun keseniannya harus kita jaga dengan sebaik mungkin. Karena itu merupakan suatu budaya khas yang dimiliki oleh penduduk region di Probolinggo.



















DAFTAR PUSTAKA

Probolinggo, Kota.2010.Kota Anggur Kota Probolinggo.(Online),
            (http://kotaprobolinggo.wordpress.com/ di akses 09 Desember 2012)
Sekartaji, Arum.2011.Probolinggo Kota Mangga Anggur dan Seribu Taman.(Online),
            (http://arumsekartaji.wordpress.com/ diakses 09 Desember 2012)
Iqbal, Galang.2012.Tari Glipang,(Online),
            (http://gumilargalang.blogspot.com/ di akses 10 Desember 2012)
Probolinggo, Kota.2010.Letak Geografis.(Online),
            (http://probolinggokota.go.id/ diakses 10 Desember 2012)
Adly.2012.Wisata di Probolinggo.(Online),
            (http://aldyblogs-wisataprob.blogspot.com/ diakses 10 Desember 2012)

1 komentar:

  1. Masih ada beberapa upacara adat di Probolinggo selain Yadya Kasada, seperti Upacara Karo dan Petik Laut

    BalasHapus