Selasa, 12 November 2013

Makalah Ilmu Sihir Dapat Merusak Aqidah

MAKALAH
ILMU SIHIR DAPAT MERUSAK AQIDAH
Disusun untuk memenuhi tugas  mata kuliah Pendidikan Agama Islam
Dosen Pembina : Imam Ghozali, S.Ag





DISUSUN OLEH :
Dewi Nadia Ihzana (110401050106)




Universitas Kanjuruhan Malang
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Geografi
Januari 2012










KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan taufiq dan inayah dari Allah SWT, makalah tentang Aqidah Islamiyah ini dapat disusun dan disajikan sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam, dan sebagai bahan diskusi dengan harapan semoga materi ini menjadi pegangan ajaran tauhid atau keimanan kita, yang selama ini secara tidak terasa keliru karena bercampur baur dengan ajaran-ajaran non Islam, ataupun tradisi dari peninggalan nenek moyang kita, sehingga tidak dapat lagi membedakan mana yang benar dan mana pula yang salah.
Sebagai bukti nyata dari kekeliruan ini, timbullah suatu semboyan “semua agama adalah sama dan baik”. Hilanglah ajaran agama yang asli yang datangnya dari Sang Khaliq (Allah SWT), karena telah diubah oleh tangan-tangan jahil manusia dan diprakarsai oleh hawa nafsu yang sesat. Beruntunglah mereka yang sadar dan mau menganalisa, meneliti, membina dan memantapkan Aqidah Islamiyah atau keimanannya, dengan berlandaskan kepada Al-Quran dan Hadits serta mau mempergunakan ratio yang sehat.
Mudah-mudahan dengan seizin Allah SWT, makalah ini dapat menyumbangkan jasanya untuk membina dan memantapkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT.
Akhirnya harapan penyusun kepada para pembaca, kiranya tidak jemu-jemu memberikan koreksi dan kritik untuk memperbaiki materi ini. Sebab kekurangan sudah barang tentu selalu terdapat pada insan yang dhaif.
Untuk itu, penyusun akan menunggu dan menerima dengan segala senang hati, diiringi ucapan ribuan terima kasih. Semoga Allah SWT jugalah yang akan memberi imbalan pahala yang tidak terhingga kepada segenap pihak yang suka membantu untuk mencari kebenaran dalam ajaran agama yang diridhaiNya. Amin.


Malang, 17 Januari 2012


                                                                                                     Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Setiap agama memiliki keimanan yang berbeda seperti halnya dalam islam dikenal dengan aqidah. Berikut ini adalah transkrip dari ceramah yang disampaikan oleh Abul Abbas Musa Richardson yang berjudul The Evils of Harry Potter and the kufr of Magic. Naskah ini awalnya ditranskrip dan diterjemahkan secara ringkas oleh Al-Akh Anas Fauzi Rakhman, kemudian di edit dan di lengkapi berdasarkan hasil transkrip oleh Ummu Yusuf dari Srilanka. Semoga bisa bermanfaat dan kami doakan, “Jazakumullahu khairan,” untuk semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan artikel ini.
Sesungguhnya pujian hanya milik Allah, kami memuji-Nya, kami memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami juga berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan jeleknya amalan-amalan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak) disembah melainkan Allah saja dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Amma ba’du (Adapun setelahnya).
Dan sesungguhnya sebaik-baik berita adalah kitabullah (Al-Quran) dan sebaik-baik hidayah (bayinah)/bimbingan adalah bimbingan dari Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan sejelek-jelek perkara adalah yang muhdats (baru) dalam agama karena setiap yang baru dalam agama itu bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan kesesatan tempatnya di neraka.
Kali ini kita akan membahas sesuatu topik yang sangat penting yang harus dimengerti dan dipahami secara baik, hal ini dikarenakan pembahasan menyangkut masalah keimanan dan aqidah, bukan masalah yang bisa disepelekan dan dikatakan tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Musuh kebaikan, Iblis laknatullah ‘alaih (laknat atasnya) mempunyai beragam cara dan berbagai arah untuk menyesatkan anak Adam, syaitan telah berjanji kepada Allah untuk menyesatkan sampai hanya didapati sedikit manusia yang bersyukur, disebutkan dalam Al-Quran:
Demi kekuasaan Engkau sungguh aku (iblis) akan menyesatkan manusia semuanya.” (Shad: 82)
Dan pada ayat yang lain:
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,”
Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al A’raaf 16-17)
Syaitan akan menggunakan berbagai cara agar manusia tidak beriman kepada Allah, melakukan syirik, menolak ayat-ayat Al-Quran, dan bentuk kemungkaran yang lainnya tanpa pernah beristirahat.
Ketika seorang anak manusia terlahir ke dunia maka akan langsung ada syaithan di sisinya, maka sadarilah bahwa syaitan adalah musuh yang nyata. Oleh karena itu, dalam Islam disyariatkan untuk berlindung dari syaitan mulai dari ketika kita berhubungan badan (hendaknya seseorang membaca –ed):
2        بِسْمِ اللهِ اَللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan Nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan untuk mengganggu apa yang Engkau rezekikan kepada kami.” (HR. Al-Bukhari 6/141, Muslim 2/1028)
Rasulullah juga mensyariatkan untuk membaca nama Allah ketika masuk rumah sehingga syaitan akan berkata, “Kita tidak bisa bermalam di rumah ini sekarang.” Salah satu tuntunan Rasulullah yang lainnya adalah menutup pintu rumah dengan menyebut nama Allah dan menjaga anak-anak kita di dalamnya ketika maghrib (tenggelam matahari), karena waktu itu syaitan banyak yang keluar. Salah satu faidah menjaga anak-anak kita di dalam rumah adalah bentuk penjagaan karena anak-anak biasanya sering lupa mengingat Allah, maka sebagai orang tuanya yang punya tanggung jawab.
Di sisi lain, syaitan terus berusaha dan mencari cara, maka mereka syaitan masuk ke rumah dalam bentuk buku, film, hiburan, dll. Hal ini terkadang sering tidak dipahami oleh para orang tua. Padahal “Setiap kamu adalah pemimpin dan akan ditanya atas kepemimpinannya.” Oleh karena itu kita harus tahu apa-apa yang dapat membahayakan keluarga kita, terutama masalah tauhid dan aqidah.



1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apakah makna sihir itu?
2.      Adakah keberadaan sihir?
3.      Bagaimanakah hukumnya jika bermain-main dengan sihir?
4.      Kafirkah orang yang memiliki sihir?
5.      Bagaimana hukuman bagi orang yang mempunyai sihir?
6.      Bolehkah mengobati sihir dengan sihir?
7.      Kufurkah sihir itu?
8.      Bahayakah penayangan dan buku Harry Potter terhadap aqidah islam?

1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan tetapi juga untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada pembaca mengenai makna sihir, keberadaan sihir, hukumnya bermain-main dengan sihir, kafirkah orang yang memiliki sihir, mengobati sihir dengan sihir, kufurkah sihir, dan bahayanya penayangan dan buku yang beredar tentang Harry Potter dikarenakan merusak aqidah orang yang beragama islam.









BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Makna Sihir
Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf ر, ح, س (siin, kha, dan ra), yang secara bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar.Oleh karenanya kita mengenal istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama, yaitu siin, kha dan ra, yang artinya waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan “remang-remang”.
Seorang pakar bahasa, Al Azhari mengatakan, “Akar kata sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu dari hakikatnya. Maka ketika ada seorang menampakkan keburukan dengan tampilan kebaikan dan menampilkan sesuatu dalam tampilan yang tidak senyatanya maka dikatakan dia telah menyihir sesuatu”.
Para ulama memiliki pendapat yang beraneka ragam dalam memaknai kata ‘sihir’ secara istilah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena sihir. Ibnul Qudamah rahimahullah mengatakan, Sihir adalah jampi atau mantra yang memberikan pengaruh baik secara zhohir maupun batin, semisal membuat orang lain menjadi sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau membuat istri orang lain mencintai dirinya (pelet-pent)”.
Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir hanyalah pengelabuan dan tipuan mata semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh Abu Bakr Ar Rozi, “(Sihir) adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan bersifat mengalabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu daya semata.”
2.2  Keberadaan Sihir
Sebagaimana yang disinggung di depan, bahwa terdapat persilangan pendapat tentang kebenaran hakikat sihir. ‘Apakah sihir hakiki?’, ‘Apakah orang yang terkena sihir, benar-benar merasakan pengaruhnya?’, ‘Atau kah sihir hanya sebatas tipuan mata dan tipu muslihat semata?’
Abu Abdillah Ar Rozi rahimahullah dalam tafsirnya menjelaskan “Kelompok Mu’tazilah (kelompok sesat-pent) mengingkari adanya sihir dalam aqidah mereka. Bahkan mereka tidak segan-segan mengkafirkan orang yang meyakini kebenaran sihir. Adapun ahli sunnah wal jama’ah, meyakini bahwa mungkin saja ada orang yang bisa terbang di angkasa, bisa merubah manusia menjadi keledai, atau sebaliknya. Akan tetapi meskipun demikian ahli sunnah meyakini bahwa segala kejadian tersebut atas izin dan taqdir dari Allah ta’ala”. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan mereka itu (para tukang sihir) tidak akan memberikan bahaya kepada seorang pun melainkan dengan izin dari Allah” (QS. Al Baqarah : 102)
Al Qurthubi rahimahullahu mengatakan, “Menurut ahli sunnah wal jama’ah, sihir  itu memang ada dan memiliki hakikat, dan Allah Maha Menciptakan segala sesuatu sesuai kehendak-Nya, keyakinan yang demikian ini berbeda dengan keyakinan kelompok Mu’tazilah.”
Inilah keyakinan yang benar, insya Allah. Banyak sekali kejadian, baik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pun masa-masa setelahnya yang menunjukkan secara kasat mata bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh. Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah disihir oleh Lubaid bin Al A’shom Al Yahudi hingga beliau jatuh sakit? Kemudian karenanya Allah ta’ala menurunkan surat al Falaq dan surat An Naas (al mu’awidaztain) sebagai obat bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini sangat jelas menunjukkan bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh terhadap orang yang terkena sihir.
Namun tidaklah dipungkiri, bahwa ada jenis-jenis sihir yang tidak memiliki hakikat, yaitu sihir yang hanya sebatas pengelabuan mata, tipu muslihat, “sulapan”, dan yang lainnya. Jenis-jenis sihir yang demikian inilah yang dimaksudkan oleh perkataan beberapa ulama yang mengatakan bahwa sihir tidaklah memiliki hakikat, Allahu A’laam.
2.3  Hukum “Main-Main” dengan Sihir
Sihir termasuk dosa besar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jauhilah dari kalian tujuh perkara yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Apakah tujuh perkara tersebut?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “[1]menyekutukan Allah, [2]sihir, [3]membunuh seorang yang Allah haramkan untuk dibunuh, kecuali dengan alasan yang dibenarkan syariat, [4]mengkonsumsi riba, [5]memakan harta anak yatim, [6]kabur ketika di medan perang, dan [7]menuduh perempuan baik-baik dengan tuduhan zina” (HR. Bukhari dan Muslim, dari shahabat Abu Hurairah)
2.4 Kafirkah Tukang Sihir
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Nabi Sulaiman tidaklah kafir, akan tetapi para syaitan lah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia” (Al Baqarah : 102). Imam Adz Dzahabi rahimahullah berdalil dengan ayat di atas untuk menegaskan bahwa orang yang mempraktekkan ilmu sihir, maka dia telah kafir. Karena tidaklah para syaitan mengajarkan sihir kepada manusia melainkan dengan tujuan agar manusia menyekutukan Allah ta’ala. Syaikh As Sa’diy rahimahullah menjelaskan bahwa ilmu sihir dapat dikategorikan sebagai kesyirikan dari dua sisi.
[Pertama] orang yang mempraktekkan ilmu sihir adalah orang yang meminta bantuan kepada para syaitan dari kalangan jin untuk melancarkan aksinya, dan betapa banyak orang yang terikat kontrak perjanjian dengan para syaitan tersebut akhirnya menyandarkan hati kepada mereka, mencintai mereka, ber-taqarrub kepada mereka, atau bahkan sampai rela memenuhi keinginan-keinginan mereka.
[Kedua] orang yang mempelajari dan mempraktekkan ilmu sihir adalah orang yang mengaku-ngaku mengetahui perkara ghaib. Dia telah berbuat kesyirikan kepada Allah dalam pengakuannya tersebut (syirik dalam rububiyah Allah), karena tidak ada yang mengetahui perkara ghaib melainkan hanya Allah ta’ala semata.
Syaikh Ibnu ’Utsaimin rahimahullah merinci bahwa orang yang mempraktekkan sihir, bisa jadi orang tersebut kafir, keluar dari Islam, dan bisa jadi orang tersebut tidak kafir meskipun dengan perbuatannya tersebut dia telah melakukan dosa besar.
1.      Tukang sihir yang mempraktekkan sihir dengan memperkerjakan tentara-tentara syaitan, yang pada akhirnya orang tersebut bergantung kepada syaitan, ber-taqarrub kepada mereka atau bahkan sampai menyembah mereka. Maka yang demikian tidak diragukan tentang kafirnya perbuatan semacam ini.
2.      Adapun orang yang mempraktekkan sihir tanpa bantuan syaitan, melainkan dengan obat-obatan berupa tanaman ataupun zat kimia, maka sihir yang semacam ini tidak dikategorikan sebagai kekafiran.
2.5Hukuman Bagi Tukang Sihir
Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah suatu ketika, di akhir kekhalifahan beliau, mengirimkan surat kepada para gubernur, sebagaimana yang dikatakan oleh Bajalah bin ‘Abadah radhiyallahu ‘anhu,Umar bin Khattab menulis surat (yang berbunyi): ‘Hendaklah kalian (para pemerintah gubernur) membunuh para tukang sihir, baik laki-laki ataupun perempuan’”.
Dalam kisah Umar radhiyallahu ‘anhu di atas memberikan pelajaran bagi kita, bahwa hukuman bagi tukang sihir dan ‘antek-antek’-nya adalah hukuman mati. Terlebih lagi terdapat sebuah riwayat, meskipun riwayat tersebut diperselisihkan oleh para ulama tentang status ke-shahihan-nya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang”
Dalam kisah Umar di atas pun juga memberikan pelajaran penting bagi kita, bahwa menjadi kewajiban pemerintah tatkala melihat benih-benih kekufuran, hendaklah pemerintah menjadi barisan nomor satu dalam memerangi kekufuran tersebut dan memperingatkan masyarakat tentang bahayanya kekufuran tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Allahu A’laam.
2.6 Mengobati Sihir dengan Sihir
Inilah yang mungkin menjadi kerancuan di benak masyarakat, yang kemudian kerancuan ini menjadikan mereka membolehkan belajar sihir, karena alasan “keadaan darurat”. Terlebih lagi tatkala sihir yang digunakan untuk mengobati sihir terkadang terbukti manjur dan mujarab. Bukankah segala sesuatu yang haram pada saat keadaan darurat, akan menjadi mubah? Bukankah ketika di tengah hutan, tidak ada bahan makan, bangkai pun menjadi boleh kita makan?
Saudaraku, memang syariat membolehkan perkara yang haram tatkala keadaan darurat, sampai-sampai para ulama membuat sebuah kaidah fiqhiyah, “Keadaan yang darurat dapat merubah hukum larangan menjadi mubah”
Namun kita pelu cermati bahwa para ulama pun juga memberikan catatan kaki terhadap kaidah yang agung ini. Terdapat sedikitnya dua syarat yang harus dipenuhi untuk mengamalkan kaidah ini.
[Pertama] Tidak ada obat lain yang dapat menyembuhkan sihir, selain dengan sihir yang semisal. Pada kenyataannya tidaklah terpenuhi syarat pertama ini. Syariat telah memberikan obat dan jalan keluar yang lebih syar’i untuk menangkal dan mengobati gangguan sihir. Bukankah syari’at telah menjadikan Al Quran sebagai obat, lah ada dan teruqyah-ruqyah syar’i yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[Kedua] Sihir yang digunakan harus terbukti secara pasti dapat menyembuhkan dan menghilangkan sihir. Dan setiap dari kita tidaklah ada yang dapat memastikan hal ini, karena semua hal tersebut adalah perkara yang ghaib.
Maka dengan ini jelaslah bahwa mempelajari sihir, apapun alasannya adalah terlarang, bahkan diancam dengan kekufuran, Allah ta’ala telah tegaskan di dalam firmannya (yang artinya), ”Dan tukang sihir itu tidaklah menang, dari mana pun datangnya.” (QS. Ath Thaahaa: 69). Syaikh Muhammad Al Amin Asy Syinqithi rahimahullah berkata dalam tafsirnya, “Ayat ini mencakup umum, segala macam kemenangan dan keberuntungan akan ditiadakan dari para tukang sihir, terlebih lagi Allah tekankan dengan firman-Nya, ‘dari mana pun datangnya’. Dan secara umum, tidaklah Allah meniadakan kemenangan dari seseorang, melainkan dari orang kafir.”
2.7 Kufurnya Sihir
Termasuk di dalamnya adalah sihir, di mana sekarang dimunculkannya kerancuan antara white magic dan black magic padahal semua sihir itu sama yaitu menjauhkan dari Allah subhanahu wata’ala, menjauhkan dari tauhid, menjauhkan dari sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam kitabullah:“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu jangnalah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.” (Al-Baqarah: 102)
Dari ayat di atas bisa disimpulkan bahwa mengajarkan sihir adalah bentuk kekufuran, mempelajari sihir juga termasuk kekufuran dan dari bagian kedua disebutkan bahwa sihir itu adalah ujian. Adapun di dalam hadits disebutkan:“Jauhilah tujuh perkara yang akan membinasakan.” Para shahabat bertanya: “Apa itu?” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa tanpa alasan yang haq, makan riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh orang-orang yang beriman yang menjaga diri dari lalai.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat At-Tirmidzi, Jundub bin Ka’ab As-Sa’di meriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa dalam hukum Islam hukuman dari pelaku sihir adalah dipenggal dengan pedang. Telah ada riwayat dari ulama salaf yang membunuh pelaku sihir. Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dalam Shahih beliau dari Bajalah bin ‘Abdah, berkata ‘Umar bin Al-Khaththab: “…Agar membunuh para tukang sihir.” Maka kami membunuh tiga tukang sihir.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dalam Kitab At-Tauhid berkata: “Telah shahih dari Hafshah bahwa beliau memerintahkan untuk membunuh budak yang menyihirnya.” Dan telah shahih pula dari Jundub radhiallahu anhu.
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan dalam Fathul Majid (hal. 343) berkata: “Diriwayatkan pula yang mengatakan (tukang sihir harus dibunuh) dari ‘Umar, ‘Utsman, Ibnu ‘Umar, Hafshah, Jundub bin Abdullah, Jundub bin Ka’ab, Qais bin Sa’d, dan ‘Umar bin Abdul ‘Aziz.” Perlu diingat bahwa hukuman di sini yang berhak melakukan adalah pemerintah muslim bukan secara individual dan jika pelaku sihir bertaubat maka diampuni.
Di sisi lain di kalangan orang modern berkata “Saya tidak percaya adanya sihir, itu kan cuman cerita zaman dahulu”. Padahal Rasulullah sendiri pernah mengalaminya, yaitu beliau pernah disihir oleh Labid bin A’shom. Hadits ‘Aisyah radliallahu ‘anha ia bercerita:
“Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam pernah disihir sehingga dikhayalkan padanya, bahwa dia telah melakukan sesuatu, padahal dia tidak melakukannya. Hingga pada suatu hari, saat beliau di sampingku, beliau berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala, lalu berkata: “Hai Aisyah, tahukah engkau bahwa Allah telah memberikan jawaban kepadaku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya?” “Apa itu wahai Rasulullah?” tanyaku. Beliau bertutur: “Dua orang telah mendatangiku, yang seorang duduk di kepalaku, dan yang seorang lagi duduk di kakiku. Salah seorang dari mereka bertanya kepada temannya: “Sakit apa pria ini?” Ia menjawab: “Ia terkena sihir.” “Siapa yang menyihir?” tanyanya penasaran. Ia menjawab: “Labid bin Al-A’sham, si pria Yahudi Bani Zuraiq.” “Bagaimana caranya?” kata yang bertanya. Yang ditanya menjelaskan, bahwa penyihiran dilakukan dengan cara membuat buhul dengan mengikatkan rambut pada sisir yang dibalutkan pada mayang kurma. Yang bertanya kembali bertanya, “Di mana buhul itu diletakkan?” “Di sumur Dzi Arwan,” jawab yang ditanya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan ditemani beberapa orang sahabat pergi ke sumur tersebut. Setelah benda tersebut didapatkan, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertutur kepada ‘Aisyah radliallahu ‘anha: “Demi Allah, airnya air daun pacar, batangnya seakan-akan kepala syaitan.” Aku (‘Aisyah) menukas: “Wahai Rasululllah, apakah engkau mengeluarkannya dari sumur itu?” Rasul shalallhu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak, karena aku telah disembuhkan oleh Allah dan aku khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada orang-orang, maka buhul itupun dipendam.” [Diriwayatkan oleh Bukhori (10/235-236) dengan Fathul Bari. Sumur Dzi Arwan adalah sumur di Madinah yang cukup dikenal. Dan diriwayatkan, sumur itu terletak di sebelah kiri Masjid Nabawi yang kini tanda-tandanya sudah lenyap, Mu’jam Al-Buldan (1/299)]
Poin yang bisa diambil adalah Rasulullah sebagai seorang terbaik, orang yang paling dekat dengan Allah saja pernah disihir oleh karena itu kita jangan merasa aman dari fitnah sihir dan sadar bahwa sihir itu nyata dan bukan perkara yang remeh.
Dalam sebuah buku yang berjudul 10 pembatal keislaman yang ditulis oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan disebutkan bahwa salah satunya adalah sihir dan secara spesifik disebutkan bahwa dengan sihir menyatukan dan atau memecah suami-istri. “Barang siapa yang melakukannya dan ridha dengannya maka dia kafir.”
Dalam bukunya, Syaikh Shalih Al-Fauzan menjelaskan bahwa praktek sihir dibagi menjadi dua, yaitu hakiki dan ilusi. Sihir hakiki dilakukan dengan cara menghembuskan sihir secara langsung dengan jimat, menghilangkan ingatan seseorang, meminta bantuan kepada jin-jin syaitan. Pengaruh jenis sihir pertama ini dirasakan langsung oleh korbannya seperti jatuh sakit bahkan sampai kematian atau menghilangkan ingatan seseorang.
Sihir jenis kedua adalah ilusi, yaitu dia melakukan manipulasi sehingga orang lain berpikir seolah-olah melihatnya padahal kenyataanya tidak ada. Contohnya seperti seseorang merubah batu jadi binatang, memenggal kepala orang dan kemudian memasangnya kembali, masuk ke dalam api tapi tidak terbakar, dan lain lain yang biasanya sering kita lihat di dalam sirkus-sirkus. Dalam Al-Quran jenis sihir ini disebutkan saat menceritakan Fir’aun:
“Mereka berkata: Sesungguhnya dua orang ini (Musa dan Harun) adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kalian dari negeri kalian dengan sihirnya, serta hendak melenyapkan kedudukan kalian yang utama. Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kalian kemudian datanglah dengan berbaris dan sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang menang pada hari ini. Setelah mereka berkumpul, mereka berkata: Hai Musa, (pilihlah) apakah kamu yang melempar dahulu atau kamilah yang mula-mula melemparkan? Musa berkata: Silakan kalian melemparkan. Maka tiba-tiba tali dan tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan dia merayap dengan cepat lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya. Kami (Allah) berkata: Janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, niscaya dia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka) dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja dia datang.” (Thaha: 63-69)
Pembagian sihir ini bukan berarti hukum sihir itu berbeda, bahkan sama. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Jundub bin Ka’ab As-Sa’di pada saat kekhalifahan Bani Umayyah didapatinya seorang yang melakukan sihir ilusi untuk menghibur (sulap) yaitu dengan cara memotong kepala dan memasangnya kembali dalam keadaan masih hidup. Ketika Jundub melihat ini dia mencabut pedangnya dan memenggal kepala tukang sihir di tempat tanpa adanya ilusi.
2.8 Bahaya Harry Potter
Setelah kita tahu bahaya dari sihir kita harus merealisasikan dalam bentuk nahi munkar.“Barang siapa di antara kamu yang melihat sebuah kemungkaran maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya, maka apabila tidak bisa maka dengan lisannya, dan apabila tidak bisa maka dengan hatinya. Dan yang demikian itu (dengan hati) adalah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim)
Jadi seseorang yang percaya kekufuran pada sihir tapi tidak ada pengingkaran ketika melihatnya maka perlu dipertanyakan aqidahnya. Dan sesuai hadits “Barang siapa yang melakukannya dan ridha dengannya maka dia kafir.”
Salah satu fenomena sihir adalah Harry Potter, di mana banyak orang membaca bukunya (termasuk oleh muslim), melihat filmnya, atau memainkannya di video game. Buku serial Harry Potter adalah buku terlaris sepanjang sejarah. Untuk mendapatkannya orang akan rela antri berjam-jam pada tengah malam di depan toko buku karena takut kehabisan. Buku setebal 700-800 halaman dengan desain dan isi menarik, orang pun akan langsung terbuai dengannya.
”Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.” (AlMujadilah 19)
Dan ini adalah salah satu bukti dari sihir itu sendiri, dari perkataan/retorika dan apa-apa yang ditulis sehingga membuat orang lupa. Fenomena sihir yang menyebabkan manusia sangat mencintai buku ini, dari berbagai macam usia, berbagai gender, dan berbagai kewarganegaraan. Buku ini sudah diterjemahkan lebih dari 40 bahasa dan mencapai setiap sudut dari planet bumi ini.
Dan suatu kenyataan yang menyedihkan Allahu musta’an pada hari Jumat malam pada suatu sekolah Islam, anak-anak menghadiri antrian untuk mendapatkan serial Harry Potter terbaru sehingga ketika Sabtu pagi mereka saling bercerita “Hei aku sudah punya Harry Potter yang terbaru!”
Mereka berlomba-lomba untuk membawa masuk buku yang berisi sihir, buku yang berisi kekufuran terhadap Allah, buku yang berisi apabila orang melakukannya (sihir) maka dia telah keluar dari agama Islam, buku yang berisi sesuatu yang mengantarkan kepada api neraka. Jelas ini adalah tipudaya syaitan yang dahsyat.
Bagi yang belum mengetahui tentang Harry Potter sekarang kita sedikit memperkenalkan siapa dia, siapa teman-temannya dan siapa guru-gurunya.
Harry Potter seorang anak muda yang awalnya hidup pada kehidupan normal, di tengah-tengah kaum Muggle, dan terseret ke dalam dunia kegelapan dikarenakan dia adalah keturunan penyihir terkenal. Muggle adalah orang yang tidak peduli dengan sihir/magic, orang yang tidak mau belajar magic, orang pada umumnya. Dalam buku ini digiring kepada sebuah wacana bahwa Muggle adalah orang yang bodoh. Ini adalah salah satu perang pemikiran pertama.
Kemudian Harry Potter masuk ke sebuah sekolah penyihir Hogwarts, disana dia belajar satu demi satu sihir, belajar mantra, dan sebagainya untuk menjadi seorang penyihir, sesuatu yang sangat dibenci dalam Islam.
Salah satu gurunya bernama Albus Dumbledore seorang tua yang digambarkan mirip Santa Claus dengan jenggot putih yang panjang berkacamata, dialah yang paling sakti di antara penyihir, punya kemampuan melihat apa yang dilakukan orang yang punya tingkat sihir di bawahnya, dia juga punya piaraan bernama Phoenix, seekor burung api, yang bisa menyampaikan pesan atau mendapatkan informasi dari orang lain.
Salah satu gurunya yang lain di sekolah sihir bernama Professor Trelawney yang mengklaim dirinya seorang peramal, seorang yang punya kemampuan meramal masa depan dan yang akan terjadi. Dan kita belajar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam orang yang meramal dan percaya dengan ramalan maka tidak diterima sholatnya selama 40 hari. Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa yang mendatangi ‘arraaf (tukang ramal) dan menanyakan sesuatu kepadanya, tidak akan diterima shalatnya selama empat puluh hari” (HR. Muslim)
Harry Potter punya beberapa teman dari para tukang sihir, binatang, jin, arwah. Di antara teman-temanya dari kalangan bukan manusia adalah Moaning Myrtle, dia digambarkan sebagai arwah seorang gadis kecil yang hidup di pipa septik di bawah toilet kamar mandi wanita. Harry Potter mendatangi dia secara rutin untuk mendapatkan saran, konsultasi, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang misteri. Jadi Harry Potter harus mendatangi kamar mandi perempuan untuk menemuinya. Ini juga pengingkaran terhadap sunnatullah bahwa seseorang yang mati maka tempatnya di alam barzah dan terputus amalnya kecuali 3 perkara.
Kemudian di dalam buku pembaca digiring untuk membedakan antara white magic (sihir putih/baik) dan black magic (sihir hitam/jahat). Pembatasan dua sihir ini dibuat sedemikian rupa sehingga batas antara baik dan jelek tersamarkan, di mana mantra-mantra yang digunakan sama, hanya tujuannya saja yang berbeda, padahal dalam Islam kedua sihir ini adalah dilarang dan mengeluarkan pelakunya dari Islam.
Beberapa teknik sihir yg disebutkan dalam buku ini kadang disebutkan secara rinci seperti bagaimana cara mengucapkan mantra-mantra, bagaimana cara meramal masa depan, bagaimana membuat ramuan, dan yang lainnya. Di dalam buku Harry Potter sihir disebutkan dalam 3 jenis:
Jenis pertama, jenis yang terlemah ketika para murid baru saja belajar dan jenis ini tidak terlalu efektif.
Jenis kedua adalah dimulai mempraktekan ketika mereka mulai mengajar di kelas.
Dan yang terakhir dan yang merupakan paling berbahaya adalah tahapan melihat, dapat melihat masa depan, melihat dengan mata terdalam dan orang pada umumnya tidak bisa mengontrol kemampuan ini.
Teknik lainnya yang digunakan untuk mengungkap masa depan adalah melalui ilmu perbitangan (astrologi), dengan arah burung (di mana pada masa Jahiliyah Arab terkenal dengan nama Tathoyur), jika burung terbang ke kanan maka bertanda baik dan sebaliknya. Teknik lainnya adalah menggunakan kartu, bola kristal, tafsir mimpi dan api keberuntungan (fire omen).
Adapun teknik astrologi adalah meramal masa depan yang berhubungan dengan tanggal lahir, di mana Harry Potter belajar dari sebuah tabel di mana seseorang terpengaruh hidupnya berdasarkan letak-letak bintang dan planet.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajari kita sebuah hadits:
“Allah subhanahu wata’ala berfirman: ‘Pagi ini hamba saya bangun dalam keadaan kafir dan beriman, orang yang berkata kita mendapat hujan dikarenakan adanya formasi bintang ini maka dia telah kafir kepada saya (Allah) dan percaya kepada bintang dan orang yang berkata kita mendapat hujan karena Allah maka dia telah beriman kepada saya (Allah) dan tidak beriman kepada bintang-bintang.”
Kita sebagai muslim harus tahu bahwa bintang tidak menunjukkan apa-apa kecuali 3 perkara sebagaimana atsar yang datang dari Qotadah (seorang tabi’in) bahwa bintang berfungsi sebagai: penghias langit, pelempar bagi syaitan yang mencoba mencuri berita dari langit (Allah). Sebagaimana kita tahu bahwa sebelum diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam syaitan berusaha mengetahui terlebih dahulu datangnya utusan Allah. Fungsi bintang yang ketiga adalah sebagai penunjuk arah (navigasi), menentukan arah perjalanan dengan bantuan bintang-bintang. Kemudian Qotadah melanjutkan: “Maka barangsiapa mempergunakannya untuk selain tujuan itu, sungguh terjerumus ke dalam kesalahan, kehilangan bagian akhiratnya, dan terbebani dengan satu hal yang tak diketahuinya.” (Shahih Bukhori)
Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun dan membenarkan apa yang ia katakan, sungguh ia telah kafir terhadap apa yang telah diturunkan kepada Muhammad. (HR. Empat ahlu sunan dan disahihkan oleh Hakim).
Jadi kita melihat di dalam buku ini banyak yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, berbagai jenis sihir salah satunya adalah membuat racun dengan bumbu-bumbu ramuan yang disebutkan secara detail dalam buku ini, seperti memasukkan tikus dengan kepala terpenggal, darah kelelawar, dan memberinya mantra-mantra. Disebutkan dalam serialnya bahwa Harry Potter belajar pada kelas khusus yang mempelajari membuat ramuan-ramuan dari racun. Setelah itu pada tahun 2001 dibuatlah sebuah website yang diperuntukkan untuk para penggemar Harry Potter, di sini kita bisa mempelajari karakter-karakter dalam Harry Potter, di halaman berapa disebutkan dalam bukunya, dan informasi di dalam ceramah ini diambil dari website tersebut.
Di dalam website ini juga disediakan kamus mantra-mantra (di dalam bahasa Latin) dari A-Z. Ada mantra yang digunakan untuk terbang, digunakan untuk menghentikan pergerakan sesuatu, mantra untuk mengubah hewan menjadi gelas minum. Di dalam website ini juga disebutkan secara detail baik cara mengucapkannya dan bagaimana agar efektif, bumbu-bumbu untuk membuat ramuan sakti yang terkadang mengerikan.
Kemudian kenapa Harry Potter begitu berbahaya terhadap pemikiran? Secara logika maka yang pertama kali diserap oleh anak-anak adalah kepahlawanan kemudian dia akan melihat bagaimana cara untuk menjadi pahlawan sehingga akan terbetik dalam hati anak-anak, saya akan menjadi seorang penyihir atau saya ingin bersekolah sihir seperti Hogwart, saya akan belajar mantra-mantra, saya akan belajar melindungi diri dari kejahatan orang lain, saya akan menjadi penyihir yang baik, saya akan menyelamatkan orang lain dengan sihir, menghilangkan rasa berlindung dan meminta kepada Allah.
Dari sebuah jejak pendapat kepada anak-anak yang sudah membaca buku Harry Potter didapatkan beberapa pernyataan, di antaranya:
Delon (10 th), “Saya ingin pergi ke sekolah penyihir, belajar sihir dan menggunakannya salah satu mantranya.”
Girl (12 th), “Jika saya bisa ke sekolah penyihir maka saya akan bisa mantra dan membuat ramuan-ramuan dan menaiki sapu terbang.”
Jefri (11 th), “Jika kita bisa menjadi penyihir maka kita bisa mengontrol situasi dan sesuatu seperti mengendalikan guru.”
Katherin (9 th), “Saya akan pergi ke sekolah penyihir dan mempraktekan mantra-mantra kepada orang.”
Caroline (10 th), “Saya seperti merasakan di dunia Harry Potter, jika saya berada di sekolah penyihir saya akan mempelajari semuanya, melindungi diri dari dunia kegelapan.”
Ini adalah beberapa tanggapan anak-anak setelah membaca serial Harry Potter. Cukup disayangkan di kalangan anak-anak muslim buku ini sangat digemari bahkan di antara mereka sampai membacanya lebih dari sekali. Mereka adalah korban dari orang tua yang tidak menjaga.
Dengan mengekspose realita Harry Potter diharapkan sebagai seorang muslim harus sadar dan terbangun bahwa kita tidak bisa berdiam diri membiarkan anak-anak kita generasi muslim membaca sesuatu yang mendekatkan kepada api neraka. Jangan malah kita senang karena anak-anak kita gemar membaca dan menambah perbendaharaan kata anak-anak karena bagaimanapun sihir adalah kekufuran kepada Allah yang mengantarkan kepada api neraka. Hal lainnya yang membahayakan bagi perkembangan anak penggiringan pengarang untuk terus membaca buku ini dan pembentukan fantasi yang tinggi.
Sedikit tambahan informasi bahwa penulis buku ini adalah J.K. Rowling, dia adalah lulusan dari Exeter University di Inggris yang familiar dengan praktek occultic yang menggunakan elemen serta filosofis agama pagan, Celtic, Druid, yang kental dengan nuansa sihir dan penyembahan kepada Syaithan.
Demikian yang bisa disebutkan daripada bahaya Harry Potter dan sebagai seorang pemimpin kita bertanggungjawab terhadap fenoma ini.
“Hai orang-orang yang beriman jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka” (At-Tahriim 6)
Anak-anak itu lemah, oleh karena sebagai orang tua punya kewajiban untuk menjaga mereka.
“Maka tolong-menolonglah di atas kebaikan dan ketaqwaan dan jangan tolong menolong di atas dosa dan pelanggaran” (Al Maidah 2)
Salah satu renungan di mana kita dapati pada artikel-artikel sejenis maka akan timbul pertentangan dengan mengeluarkan pernyataan bahwa buku sejenis ini cuman hiburan, bohongan, atau alasan yang lainnya. Di sini kita berikan perumpamaan bagaimana jika hiburan yang disuguhkan kepada generasi muslim kita dalam bentuk pornografi atau kekerasan tentu akan timbul pertentangan batin di dalam hati kita, sedangkan sihir lebih jahat dibanding membunuh jiwa yang tidak berdosa atau zina di mata Allah subhanahu wata’ala.








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf ر, ح, س (siin, kha, dan ra), yang secara bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar.Oleh karenanya kita mengenal istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama, yaitu siin, kha dan ra, yang artinya waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan “remang-remang”.
Banyak sekali kejadian, baik di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pun masa-masa setelahnya yang menunjukkan secara kasat mata bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh. Hal ini sangat jelas bahwa sihir memiliki hakikat dan pengaruh yang sangat kuat terhadap orang yang terkenanya.
Orang yang mempraktekkan ilmu sihir, maka dia telah kafir dan dosa besar. Karena tidaklah para syaitan mengajarkan sihir kepada manusia melainkan dengan tujuan agar manusia menyekutukan Allah ta’ala.

3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan–kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

http://muslim.or.id/aqidah/sihir-dalam-pandangan-islam.html
http://rohis-facebook.blogspot.com/2011/07/hati-hati-harry-potter-merusak-aqidah.html
http://agamaislamco.id.ilmu-agama.html

-'-semoga bermanfaat-'- 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar